Hilang Rumah, Hilang Rasa Aman, PPT PPA Ungkap Dampak Psikologis Penyintas Semeru - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
100 Becak Listrik Hadiah Presiden: Napas Baru untuk Pengayuh Becak Lumajang yang Mulai Sepuh Transformasi Digital Tak Cukup dengan Infrastruktur: “Kuncinya Ada pada Pemanfaatan yang Efektif” Atlet Disabilitas Lumajang Bikin Sejarah: Sabet 3 Emas dan 1 Perak di Keparprov Jatim 2025 Cuaca Ekstrem Masih Mengancam, Pemerintah Perkuat Mitigasi Berbasis Informasi Resmi di Kawasan Lahar Semeru Evaluasi Komprehensif Disiapkan untuk Menangani Dampak Lahar Semeru

Nasional · 1 Des 2025 15:40 WIB ·

Hilang Rumah, Hilang Rasa Aman, PPT PPA Ungkap Dampak Psikologis Penyintas Semeru


 Hilang Rumah, Hilang Rasa Aman, PPT PPA Ungkap Dampak Psikologis Penyintas Semeru Perbesar

Lumajang, – Rumah-rumah mungkin telah runtuh tertimbun abu Semeru, tetapi yang paling terluka justru sesuatu yang tidak terlihat: rasa aman.

Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT PPA) Kabupaten Lumajang mengungkap bahwa para penyintas, terutama anak-anak, perempuan, dan lansia, menanggung beban psikologis berat yang tak tampak di mata, namun jelas terasa di setiap helaan napas mereka.

Ketua PPT PPA Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, mengatakan bahwa trauma yang dialami penyintas bukan hanya soal kehilangan tempat tinggal, tetapi kehilangan ruang yang selama ini menjadi sumber kenyamanan dan identitas mereka.

“Banyak dari mereka kehilangan bukan hanya rumah, tapi rasa aman yang selama ini melekat pada rumah itu,” katanya, Senin (1/12/2025).

Di sudut-sudut pengungsian, anak-anak tampak bermain, tetapi Dewi mengingatkan bahwa tawa mereka tidak selalu mencerminkan kondisi emosional sebenarnya. Banyak dari mereka membawa ketakutan dalam diam, ketakutan akan suara keras, gelap, atau kenangan saat awan panas datang.

“Trauma anak tidak selalu bisa terlihat dari perilaku. Mereka menyimpan banyak hal dalam sunyi,” jelasnya.

Upaya trauma healing yang dilakukan PPT PPA tidak sekadar aktivitas penghiburan. Melalui permainan terapeutik untuk anak, ruang ekspresi aman bagi perempuan, hingga teknik relaksasi dan dialog hangat untuk lansia, setiap kegiatan dirancang untuk memetakan kebutuhan emosional para penyintas sekaligus membantu mereka menemukan kembali rasa tenang yang hilang.

“Pemulihan rasa aman tidak terjadi dalam sehari. Ia dibangun pelan-pelan, melalui pendampingan yang konsisten dan penuh empati,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Risiko Tinggi, Pemkab Lumajang Kembali Tawarkan Relokasi bagi Warga Sumberlangsep

8 Desember 2025 - 12:13 WIB

PVMBG Ingatkan Warga: Jauhi Besuk Kobokan dan Sempadan Sungai Hingga 17 Km

8 Desember 2025 - 08:43 WIB

Posko Terintegrasi Pantau Kondisi Sungai secara Real Time untuk Antisipasi Lahar

8 Desember 2025 - 08:27 WIB

Lumajang Perkuat Sistem Mitigasi Semeru untuk Kurangi Risiko Bencana Berulang

8 Desember 2025 - 08:03 WIB

Tidak Hanya Rumah, Masjid dan Lahan Perkebunan Warga Jugosari Tertimbun Lahar Semeru

8 Desember 2025 - 07:33 WIB

Warga Sumberlangsep Pilih Bertahan di Zona Rawan, Meski Lahar Semeru Menyapu Dusun

7 Desember 2025 - 20:00 WIB

Trending di Nasional