Jolen Satu Suro, Simbol Sakralitas dan Keberkahan Bumi Senduro - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Dorong Gerakan Sosial Bersama untuk Tangani Rumah Tidak Layak Huni Langkah Cepat Pemkab Lumajang Redakan Kepanikan Warga Terdampak Puting Beliung di Kalipenggung Bunda Indah Tekankan Pariwisata Berkelanjutan saat Resmikan Wisata Kopi Jatian Kenongo Wabup Lumajang: Kemajuan Daerah Tumbuh dari Rasa Aman dan Kedekatan TNI dengan Rakyat Sinergi TNI dan Pemkab Lumajang: Rumah Mbok Imuk Jadi Cermin Cinta, Kepedulian, dan Ketahanan Sosial Bangsa

Daerah · 27 Jun 2025 18:36 WIB ·

Jolen Satu Suro, Simbol Sakralitas dan Keberkahan Bumi Senduro


 Jolen Satu Suro, Simbol Sakralitas dan Keberkahan Bumi Senduro Perbesar

Lumajang, – Ritual tahunan Jolen di Desa Senduro, Kabupaten Lumajang, kembali digelar dengan penuh khidmat bertepatan dengan peringatan Satu Suro.

Tradisi ini menjadi bentuk ungkapan syukur masyarakat atas berkah alam dan hasil bumi, serta komitmen dalam menjaga nilai-nilai sakral warisan leluhur.

Dalam pelaksanaannya, sebanyak 43 Gunungan dipersembahkan oleh warga, terdiri dari Gunungan Ingkung, Gunungan Polo Pendem, dan beragam hasil pertanian serta makanan tradisional.

Gunungan-gunungan ini menjadi simbol dari filosofi amukti bumi Senduro, yaitu rasa syukur dan penghormatan terhadap tanah serta seluruh hasil yang dikandungnya, baik berupa pangan, ekonomi, maupun kesehatan masyarakat.

“Ini sudah menjadi acara rutin tiap tahun di Satu Suro. Dengan penamaan Jolen, definisinya adalah amukti bumi Sinduro. Jadi, ini wujud dari berkah tanah dan segala rezeki yang kita dapat dari bumi ini,” kata Kepala Desa Senduro, Farid Rohman H, Jumat (27/6/25).

Jauh sebelum puncak acara Jolen, masyarakat terlebih dahulu melakukan serangkaian ritual sritual, seperti anjangsana ke sesepuh desa, ziarah ke patilasan dan mata air, serta bedah kerawang desa.

Di lima dusun yang ada, digelar pula tradisi barian arau doa bersama yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam sekitar.

“Persiapan ini kami lakukan selama satu bulan penuh, baik secara materi maupun non-materi. Semua warga dari RT, RW, hingga lembaga dan instansi di desa ikut serta,” jelasnya.

Lebih dari sekadar tradisi tahunan, Jolen menjadi simbol eksitensi budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Sendoro.

Harapannya, ke depan Desa Sendoro bisa semakin diakui sebagai desa budaya dan desa kerukunan, yang tak hanya melestarikan adat istiadat, tetapi juga menjadi pondasi spiritual dan sosial bagi masyarakat Lumajang.

“Kami merasa punya tanggung jawab untuk menjaga budaya ini, tidak hanya untuk Sendoro, tetapi juga untuk Lumajang dan kawasan adat Tengger secara umum,” tambahnya.

Artikel ini telah dibaca 25 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

DPRD Lumajang Matangkan Propemperda 2026, Bahas 9 Raperda Prioritas

8 Oktober 2025 - 17:38 WIB

92,52! Ini Rahasia Kedungjajang Raih Nilai SKK Tertinggi Tahun Ini

8 Oktober 2025 - 09:59 WIB

107 Berkas PPPK Berstatus BTS, Mayoritas Karena Perbedaan Data Ijazah dan Sistem

8 Oktober 2025 - 08:48 WIB

Bupati Lumajang Dorong Gerakan Sosial Bersama untuk Tangani Rumah Tidak Layak Huni

8 Oktober 2025 - 05:54 WIB

Langkah Cepat Pemkab Lumajang Redakan Kepanikan Warga Terdampak Puting Beliung di Kalipenggung

8 Oktober 2025 - 05:53 WIB

Bunda Indah Tekankan Pariwisata Berkelanjutan saat Resmikan Wisata Kopi Jatian Kenongo

8 Oktober 2025 - 05:50 WIB

Trending di Daerah