Lumajang, – Hari itu seharusnya menjadi hari yang ceria. Langit Desa Selok Awar-awar cerah, semarak merah putih menghiasi jalan-jalan desa, dan warga tumpah ruah untuk menyambut karnaval tahunan yang menjadi bagian dari perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti di desa lainnya, karnaval tahunan sering diikuti dentuman sound horeg untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan.
Di antara kerumunan, Anik Mutmainah (38), seorang ibu rumah tangga, berdiri bersama tetangga dan keluarganya, menantikan iring-iringan kendaraan hias dan parade remaja desa.
Baca juga: Nonton Sound Horeg, Ibu Muda di Lumajang Meninggal Dunia
Tapi yang paling dinanti oleh sebagian besar warga bukan kostum tradisional atau barisan drum band melainkan dentuman sound horeg. Sound horeg adalah sistem suara superbesar yang telah menjadi tren di banyak perayaan desa. Namun, kegembiraan itu tak bertahan lama.
Anik tiba-tiba roboh, sesaat setelah iringan sound horeg dengan bass berdentum keras lewat di hadapannya. Ia sempat dilarikan ke puskesmas terdekat. Namun takdir berkata lain nyawanya tak tertolong.
Baca juga: Sound Horeg Terlalu Keras? Seorang Penonton Meninggal Saat Karnaval di Lumajang
Kabar duka itu menyebar cepat, bukan hanya di desa, tapi hingga ke telinga pejabat Kabupaten Lumajang. Dalam waktu singkat, karnaval yang seharusnya menjadi simbol semangat kemerdekaan berubah menjadi simbol peringatan bahwa hiburan tanpa batas bisa berujung maut. Dentuman sound horeg ternyata makan korban.
Keluarga Anik tak menyangka kepergian sang ibu akan terjadi di tengah suasana yang mereka kira aman. Suaminya masih terpukul, mengingat bagaimana istrinya begitu antusias menantikan karnaval itu, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Menelusuri Jejak Rasa Lumajang: Petualangan Kuliner dari Lereng Semeru ke Tengah Kota
“Dia hanya ingin lihat. Dari jauh saja. Tapi begitu suara sound itu lewat, wajahnya pucat. Lalu jatuh,” ujar Lasmini salah satu warga sekitar, Senin(4/8/25).
Respon Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang
Menyikapi tragedi itu, Bupati Lumajang, Indah Amperawati, segera bersuara. Ia menyatakan akan melakukan evaluasi besar-besaran terhadap kegiatan masyarakat yang melibatkan sound horeg, khususnya di momen-momen keramaian seperti Agustusan.
Baca juga: Terisolasi 5 Hari, Siswa SDN Jugosari 3 Lumajang Akhirnya Bisa Sekolah Meski Harus Naik Ekskavator
“Volume suara harus dibatasi. Kita punya fatwa MUI Jatim sebagai rujukan, dan ini akan kami bahas bersama pihak kepolisian. Setiap perizinan ke depan harus lebih ketat,” tegasnya di Lumajang.
Menurut Bunda Indah, pihaknya tidak hanya akan mengkaji ulang sistem perizinan, tetapi juga menyinkronkan regulasi teknis soal batasan volume suara dengan aparat dan tokoh masyarakat. “Koordinasi lintas sektor menjadi kunci agar tragedi seperti ini tidak terulang,” ungkapnya.
Walaupun belum jelas apa penyebab Anik meninggal dunia, sebagian masyarakat meyakini bahwa dentuman sound horeg membahayakan dan bisa makan korban. Sebaliknya, banyak juga yang meyakini Anik meninggal bukan karena dentuman sound horeg tapi sudah takdir.
Tinggalkan Balasan