Kabupaten Lumajang kembali mencetak sejarah di kancah olahraga nasional. Klub Panahan Dzunnurain (DA) berhasil meraih 20 medali pada ajang bergengsi Kejuaraan Panahan Piala Kemenpora 2025 di Sentul, Bogor, 4–6 September lalu.
Perolehan itu terdiri atas 5 emas, 9 perak, dan 6 perunggu, menempatkan Dzunnurain di posisi kedua klasemen umum. Mereka hanya terpaut tipis dari tuan rumah BCCAC, sekaligus mengungguli 62 klub panahan dari seluruh Indonesia.
Hasil dari Pembinaan Panjang
Arief Kurniawan, Ketua Pelatih DA, menegaskan bahwa capaian ini adalah buah dari pembinaan jangka panjang yang konsisten.
“Kami bukan hanya melatih teknik, tetapi juga membentuk karakter dan mental bertanding. Anak-anak sejak SD sudah dibiasakan melawan kelompok usia di atasnya agar mental mereka tangguh,” jelasnya.
Arief juga menerapkan konsep Long Term Athlete Development (LTAD), yaitu pelatihan fisik, mental, dan strategi kompetisi secara bertahap. Klub ini bahkan mengadopsi metode pelatihan internasional, seperti dari Coach Kim (Korea) dan Coach Lee (Amerika).
Atlet Muda Lumajang Bersinar
Pendekatan modern ini melahirkan talenta baru.
Almira Shaafa Qaireen (11 tahun, Barebow U-12) membawa pulang 4 medali sekaligus.
Tan Ahmad Rahagi (5 tahun, Barebow U-9) meski termuda, berhasil menempati peringkat 11 dari 39 peserta.
“Senang sekali bisa sampai final dan bikin orang tua bangga,” ujar Almira dengan wajah berbinar. Tan Ahmad pun terlihat puas karena mencatat skor di atas latihan hariannya.
Tradisi Panahan Jawa Timur
Menurut Arief, Jawa Timur punya tradisi panjang melahirkan atlet panahan kelas dunia, seperti Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa. Ia berharap generasi Lumajang bisa melanjutkan jejak tersebut di level internasional.
“Capaian ini bukti bahwa daerah juga bisa melahirkan atlet dengan standar global,” tegasnya.
Lebih dari Sekadar Medali
Bagi orang tua, kejuaraan ini bukan hanya soal hasil, tetapi juga pendidikan karakter. Anak-anak belajar disiplin, percaya diri, dan menghargai proses.
“Selain bertanding, anak-anak mendapatkan pengalaman hidup yang membentuk masa depan mereka,” kata Cici, salah satu wali atlet.
Keberhasilan ini membuktikan bahwa pembinaan olahraga di daerah, jika dikelola serius dan sistematis, mampu melahirkan atlet nasional bahkan internasional.
Panah Harapan dari Lumajang
Dari lapangan sederhana di Lumajang, panah-panah kecil itu kini melesat membawa harapan besar: kejayaan Merah Putih di pentas dunia. Lebih dari sekadar medali, kisah Dzunnurain adalah bukti bahwa talenta bangsa tak pernah habis, asalkan diberi ruang untuk tumbuh dan berkembang.
Tinggalkan Balasan