Lumajang, – Keberadaan lima ibu hamil yang menolak evakuasi dari Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Candipuro, menjadi tantangan tersendiri bagi petugas penanggulangan bencana.
Meski wilayah itu terisolasi akibat banjir lahar Gunung Semeru dan kondisi kehamilan mereka sudah memasuki tujuh hingga delapan bulan, para ibu hamil tersebut tetap memilih bertahan di bukit bersama keluarga.
Bidan Desa Jugosari, Reni Yunita, mengungkapkan upaya evakuasi telah dilakukan berkali-kali. Namun ajakan untuk berpindah ke posko pengungsian yang memiliki fasilitas medis terus mendapat penolakan.
“Ada lima ibu hamil, gak mau dievakuasi, malah memilih mengungsi ke bukit sama keluarganya,” katanya, Minggu (7/12/2025).
Keengganan mereka bukan tanpa risiko. Dalam situasi bencana seperti banjir lahar, ibu hamil termasuk kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan akses cepat terhadap pertolongan medis apabila terjadi komplikasi. Salah satunya bahkan sudah mendekati hari perkiraan lahir.
“Kalau di gunung, kami tidak bisa memberikan tindakan apabila terjadi sesuatu,” tambah Reni.
Meski demikian, kondisi mereka sejauh ini masih terpantau stabil. Petugas kesehatan memberikan vitamin dan susu khusus ibu hamil, serta melakukan pemantauan jarak jauh melalui telepon.
Pemeriksaan langsung dilakukan setiap pagi apabila kondisi memungkinkan. Namun jarak, medan, dan potensi bahaya lahar susulan membuat penanganan medis menjadi sangat terbatas.
Salah satu ibu hamil, Maya, mengaku tetap merasa lebih nyaman bertahan bersama keluarganya meski usia kandungannya sudah delapan bulan. “Di sini saja sama keluarga kumpul. Ya khawatir, tapi enak di sini kumpul semua,” tuturnya.
Tinggalkan Balasan