Kolaborasi Tumpak Sewu Lumajang Malang untuk Wisata - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
EDITORIAL | Birokrasi Lemot, Anggaran Mandek, Moral ASN Rapuh: Saatnya Indah Masdar Lakukan Bersih-Bersih di Lumajang Bunda Indah: Santri Masa Kini Harus Jadi Pelopor Peradaban yang Berakar pada Moral dan Nasionalisme Bunda Indah Gaungkan “Nguri-Nguri Budaya Jawa”: Sekolah Jadi Ruang Cerdas yang Berakar pada Kearifan Lokal Santri Lumajang Gelar Aksi Damai: Meneguhkan Nilai Pesantren dan Etika Publik “Gema Berbaris” Lumajang: Mencetak Generasi Madrasah yang Cerdas, Religius, dan Nasionalis

Daerah · 23 Mei 2025 09:14 WIB ·

Merawat Anugerah Tuhan Bersama, Lumajang dan Malang Duduk Satu Meja


 Merawat Anugerah Tuhan Bersama, Lumajang dan Malang Duduk Satu Meja Perbesar

Lensa Warta – Suara gemuruh Air Terjun Tumpak Sewu tak lagi hanya menjadi daya pikat wisata. Kini, ia menjadi simbol persatuan dua daerah yang sama-sama diberkahi anugerah alam luar biasa.

Pada Kamis pagi, Pemerintah Kabupaten Lumajang dan Pemerintah Kabupaten Malang menggelar pertemuan resmi di Kantor Pemkab Malang untuk membahas pengelolaan terpadu kawasan wisata Tumpak Sewu.

Dalam forum itu, Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas daerah demi menjaga citra Indonesia di mata wisata dunia. Ia menekankan bahwa keindahan Tumpak Sewu tidak bisa dimonopoli.

“Sebagian besar wilayahnya memang masuk Malang, tapi view terbaik dari Lumajang. Kita harus berbagi. Wisata ini akan lebih indah jika dikelola bersama,” ungkap Bunda Indah.

Isu mengenai pungutan tiket ganda yang sering menjadi keluhan wisatawan juga dibahas secara serius. Kedua kepala daerah menyepakati perlunya sistem retribusi yang adil, transparan, dan tidak membingungkan wisatawan.

Bupati Malang, Sanusi, merespons positif ajakan tersebut. Ia memastikan bahwa bangunan liar di sekitar aliran sungai telah dibongkar sesuai teguran dari PU SDA Provinsi Jawa Timur.

“Kami serius menata ulang kawasan ini dengan mengikuti seluruh ketentuan hukum dan tata kelola sungai yang berlaku,” tegas Sanusi.

Rapat tersebut juga dihadiri oleh jajaran Forkopimda, kepala perangkat daerah, dan perwakilan sektor wisata dari kedua kabupaten. Semua sepakat bahwa Tumpak Sewu bukan milik satu wilayah, melainkan warisan alam yang harus dijaga secara kolaboratif.

Pertemuan ini tidak hanya menghasilkan komitmen administratif, tetapi juga mencerminkan semangat kebersamaan lintas batas. Karena alam tidak mengenal batas kabupaten, maka pengelolaannya pun harus berdasarkan semangat gotong royong.

Langkah ini menjadi awal dari model kolaborasi wisata antardaerah yang bisa ditiru oleh wilayah lain di Indonesia. Jika dikelola dengan baik, Tumpak Sewu dapat menjadi ikon pariwisata nasional yang tidak hanya memesona secara visual, tetapi juga menjadi teladan harmoni antarpemerintah daerah.

Dengan komitmen bersama Lumajang dan Malang, Tumpak Sewu tak hanya mengalirkan air dari ketinggian. Ia kini juga mengalirkan harapan baru—bahwa anugerah Tuhan paling indah adalah ketika kita mampu merawatnya bersama-sama.

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Temuan Hidrogen Peroksida di Lokasi Pengolahan Limbah Tambang Emas Picu Kekhawatiran Warga

17 November 2025 - 16:00 WIB

Pengelolahan Tambang Emas di Lumajang Tak Kantongi Izin

17 November 2025 - 15:55 WIB

Limbah Tambang Emas Resahkan Warga Pasirian Lumajang

17 November 2025 - 15:47 WIB

Ini 9 Pelanggaran yang Diburu dalam Operasi Zebra Semeru 2025

17 November 2025 - 15:33 WIB

Angka Kemiskinan Lumajang 2025 Turun Jadi 8,60 Persen, Terendah dalam Lima Tahun

16 November 2025 - 10:04 WIB

Geobag dan Geotek Jadi Andalan di Perbaikan Darurat Tanggul Regoyo

15 November 2025 - 13:42 WIB

Trending di Daerah