Wisata Berbasis Desa yang Menghidupkan Harapan Baru Lumajang
Senja, Semeru, dan Cahaya Kota dalam Satu Pandangan
Saat senja turun di ufuk barat, cahaya jingga memantul di lereng hijau Bukit Jenggolo. Dari ketinggian 850 meter di atas permukaan laut, pengunjung dapat melihat kemegahan Gunung Semeru serta kerlip lampu Kota Lumajang. Panorama ini menyatu menjadi harmoni alam yang menenangkan jiwa.
Agrowisata Bukit Jenggolo hadir sebagai wajah baru pariwisata Lumajang. Lokasinya berada di Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, sekitar 30 menit dari pusat kota. Meski dekat, suasananya jauh berbeda—lebih sunyi, damai, dan menyatu dengan alam.
Diresmikan oleh Bupati Lumajang
Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), meresmikan Bukit Jenggolo pada Selasa (5/8/2025). Ia memuji keindahan tempat ini.
“Ini luar biasa ya, Semeru kelihatan dan ada city light,” ujar Bunda Indah penuh takjub, saat berdiri di gardu pandang.
Wisata Berbasis Pangan dan Kesejahteraan
Bukit Jenggolo bukan sekadar tempat wisata. Kawasan ini juga menjadi ruang hidup masyarakat. Warga Desa Wonokerto membangun agrowisata ini dengan semangat gotong royong dan dana desa.
“Kami tidak hanya ingin membuat tempat wisata. Kami ingin menjadikannya sebagai sumber pangan dan pendapatan,” jelas Kepala Desa Wonokerto, Tupin.
Ia menyebutkan, kolam ikan, kebun sayur, dan warung makan disiapkan untuk menggerakkan ekonomi warga sekitar. Semua dibangun secara mandiri tanpa investor besar, agar tetap alami dan sesuai karakter desa.
Edukasi Alam untuk Anak dan Remaja
Bukit Jenggolo juga menyasar generasi muda. Di tempat ini, anak-anak bisa belajar tentang pertanian, pengolahan air, dan konservasi alam. Jalur trekking dan zona edukasi menjadi sarana belajar langsung di alam terbuka.
Fasilitas Lengkap, Alam Tetap Dijaga
Pengunjung bisa menikmati kolam pemancingan, area camping, spot sunset, warung lokal, dan gardu pandang menghadap langsung ke Semeru. Di malam hari, city light Kota Lumajang terlihat jelas dari puncak bukit.
Agrowisata ini dibuka setiap akhir pekan, dari Jumat hingga Minggu. Pada hari biasa, kawasan ditutup untuk pemulihan lingkungan. Konsep ini memberi waktu bagi alam untuk bernapas dan tetap lestari.
Dampak Positif bagi Masyarakat dan Ekonomi Desa
Kehadiran Bukit Jenggolo memperkuat program “Satu Desa, Satu Wisata” yang dijalankan Pemkab Lumajang. Program ini mendorong desa menjadi pelaku utama pembangunan pariwisata.
“Kalau semua desa punya wisata berbasis potensi lokal seperti ini, maka akan terbuka banyak lapangan kerja,” ujar Bunda Indah.
Sejalan dengan SDGs dan Undang-Undang Desa
Inisiatif ini juga sejalan dengan Undang-Undang Desa dan prinsip pembangunan berkelanjutan (SDGs). Khususnya dalam aspek ketahanan pangan, ekonomi inklusif, dan pelestarian ekosistem.
Gotong Royong Jadi Kunci
Warga Wonokerto menjaga Bukit Jenggolo bersama-sama. Salah satu pengelola warung, Erna, berharap agar kawasan ini tetap lestari hingga anak cucunya kelak.
“Kami ingin anak cucu kami nanti tetap bisa menikmati tempat ini,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan