Luamjang, – Makam Belanda di Kabupaten Lumajang menyimpan sejarah penting dari masa kolonial yang hingga kini masih menjadi saksi bisu perjalanan zaman Hindia Belanda di wilayah tersebut.
Salah satu makam Belanda yang dikenal berada di Desa Tunjung, Dusun Krajan II, Randuagung, yang menyimpan misteri dan cerita menarik terkait keberadaan para pejabat atau warga Belanda yang pernah menetap di Lumajang.
Selain itu, makam-makam Belanda ini menjadi bagian dari peninggalan sejarah yang memperkaya warisan budaya Kabupaten Lumajang.
Peninggalan Belanda di Lumajang tidak hanya berupa makam, tetapi juga bangunan-bangunan bersejarah seperti Loji Besuksat di Desa Pasrujambe, yang dulunya berfungsi sebagai tempat istirahat pejabat Belanda sekaligus pos pengamatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru.
Loji ini dibangun sejak tahun 1909 dan menjadi salah satu aset cagar budaya yang penting, meskipun saat ini kondisinya kurang terawat dengan adanya sampah dan rumput liar di sekitarnya. Loji Besuksat juga menjadi saksi bisu pengelolaan perkebunan kopi yang dilakukan masyarakat setempat di masa kolonial.
Selain itu, peninggalan Belanda lain yang terkait dengan sejarah kolonial di Lumajang adalah benteng dan pos pengamatan yang dibangun untuk mengontrol wilayah dan aktivitas di sekitar gunung Semeru dan sekitarnya.
Misalnya, benteng kuno di Situs Biting yang dibangun oleh Belanda untuk mengawasi pemerintahan lokal dan mengontrol para raja setempat. Bangunan-bangunan ini menunjukkan bagaimana Belanda mengatur dan mengawasi daerah Lumajang sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya.
Makam Belanda di Lumajang juga terkait dengan tokoh-tokoh penting dari masa kolonial, seperti Heinrich Zollinger, seorang ahli botani Belanda yang makamnya berada di Kandangan, Lumajang.
Makam Zollinger menjadi salah satu objek wisata sejarah yang menarik dan tetap dirawat sebagai bagian dari warisan kolonial Belanda di daerah tersebut.
Sayangnya, banyak peninggalan Belanda di Lumajang, termasuk makam dan bangunan bersejarah, belum dikelola secara optimal dan mengalami kerusakan atau kurang perawatan.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kepemilikan tanah yang masih berada di bawah dinas pemerintah dan minimnya perhatian terhadap pelestarian situs-situs tersebut.
Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan upaya pelestarian agar makam dan peninggalan Belanda di Lumajang tetap terjaga sebagai bagian dari sejarah dan budaya yang berharga.
Secara keseluruhan, makam Belanda di Kabupaten Lumajang merupakan bagian penting dari sejarah kolonial yang memperlihatkan jejak masa lalu dan interaksi antara masyarakat lokal dengan penjajah Belanda.
Peninggalan ini tidak hanya sebagai tempat peristirahatan terakhir para tokoh Belanda, tetapi juga sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya untuk generasi mendatang.
Tinggalkan Balasan