Surabaya, – Penertiban terhadap sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) atau yang kerap disebut Pak Ogah di Surabaya bukan semata langkah penegakan aturan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya di bawah kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi menegaskan, upaya tersebut merupakan bagian dari kebijakan sosial untuk memberikan solusi jangka panjang melalui program padat karya.
Wali Kota Eri menjelaskan, keberadaan supeltas di beberapa titik kerap menimbulkan masalah lalu lintas dan tidak jarang justru memperparah kemacetan.
Namun di sisi lain, ia juga menaruh perhatian pada kondisi ekonomi para supeltas yang menggantungkan penghasilan dari pemberian sukarela pengguna jalan.
Baca juga: Divonis 7 Tahun Penjara, Eks Ketua PN Surabaya Gagal Buktikan Asal Usul Rp 20 Miliar
“Kadang saya juga miris, kenapa wargaku ada yang seperti itu, lalu hidupnya bagaimana? Pendapatannya berapa? Apalagi itu mengganggu orang lain, kadang ada (supeltas yang meminta uang) kemudian tidak terima, lalu jalan tambah macet,” kata Eri, Sabtu (23/8/2025).
Melalui Dinas Perhubungan (Dishub), Pemkot Surabaya mulai memetakan lokasi dan jumlah supeltas yang beroperasi di jalan-jalan utama.
Eri juga telah memerintahkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dishub, Trio Wahyu Bowo, untuk memanggil dan mendata para supeltas agar bisa diarahkan ke program yang lebih produktif.
“Kalau mereka (supeltas) orang Surabaya, kami beri pekerjaan yang layak. Kan kami punya Padat Karya. Jadi kita akan bawa ke sana, kita sosialisasi itu dan sekarang sudah mulai berjalan,” ungkapnya.
Baca juga: Bebas Pasung 2025, Lumajang Perangi Stigma dan Diskriminasi terhadap Penderita Gangguan Jiwa
Kebijakan penertiban supeltas juga menjadi bagian dari agenda besar penataan lalu lintas dan penertiban parkir liar di Kota Pahlawan. Wali Kota Eri menyebut, kondisi jalan di Surabaya perlu dikembalikan pada fungsi aslinya demi kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan.
“Ini memang sudah kita mulai sebenarnya dengan dishub untuk memetakan (supeltas) yang ada di titik-titik kota karena saya juga merasakan waktu mau berbelok malah tambah macet,” ujar Eri.
Dalam proses ini, Eri juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif. Ia mendorong warga agar tidak ragu melaporkan jika masih menemukan praktik supeltas atau parkir liar yang mengganggu ketertiban.
“Saya minta warga juga ikut bantu. Kalau masih ada supeltas atau parkir liar, sampaikan ke kami. Ini tugas kita bersama,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan