Banyuwangi, – Rencana penutupan total jalur lintas Gunung Gumitir yang menghubungkan Kabupaten Jember dan Banyuwangi selama dua bulan penuh tengah menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah daerah.
Penutupan yang direncanakan berlangsung mulai 24 Juli hingga 24 September 2025 ini merupakan bagian dari proyek preservasi jalan yang dijadwalkan berlangsung dari Juli hingga Desember 2025.
Namun, hingga saat ini, kepastian pelaksanaan penutupan tersebut masih dalam tahap pembahasan intensif oleh pihak terkait.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Banyuwangi, I Komang Sudira Atmaja, menyampaikan bahwa meskipun rencana preservasi jalan di jalur Gunung Gumitir sudah ada, namun mengenai waktu pelaksanaan dan penutupan total jalan masih belum final.
“Memang betul ada rencana preservasi itu, tapi untuk kepastiannya masih dibahas lagi,” katanya, Jumat (27/06/25).
Komang menambahkan bahwa perencanaan proyek sudah masuk tahap awal, namun keputusan kapan penutupan total akan dilakukan masih menunggu hasil pembahasan lebih lanjut dengan instansi terkait di tingkat provinsi.
“Perencanaan ada, cuma untuk kapan pelaksanaan itu masih akan ada pembahasan lagi,” jelasnya melalui sambungan telepon.
Ia juga mengimbau masyarakat Banyuwangi untuk tetap bersabar dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum resmi. “Jadi harap bersabar dulu, menunggu informasi yang pasti dari pihak berwenang,” jelas Komang.
Sementara itu, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur telah memulai sosialisasi terkait rencana penutupan jalur Gunung Gumitir sejak 24 Juni hingga 23 Juli 2025.
Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai saluran, termasuk media sosial dan pemasangan banner di titik-titik strategis seperti simpang jalan utama dari arah Banyuwangi ke Jember maupun sebaliknya, exit tol Leces, dan lampu merah Kota Probolinggo.
Langkah ini bertujuan memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dan mencari jalur alternatif selama masa penutupan.
Penutupan total jalur Gunung Gumitir dilakukan karena tingginya angka kecelakaan yang terjadi di jalur tersebut, terutama akibat kondisi jalan yang menurun curam dan berbelok tajam.
Kondisi ini sangat berbahaya bagi kendaraan angkutan barang yang sering mengalami kecelakaan di area tersebut.
Selain faktor keselamatan, proses preservasi jalan juga memerlukan ruang kerja bebas lalu lintas karena penggunaan alat berat bor pile dalam konstruksi.
Selama masa penutupan, semua jenis kendaraan mulai dari roda dua hingga roda enam tidak diperbolehkan melintas.
Sebagai alternatif, arus lalu lintas dialihkan melalui jalur Pantura, baik dari arah Situbondo maupun melalui Bondowoso. Pengalihan ini diharapkan dapat menjaga kelancaran mobilitas masyarakat dan distribusi barang antar wilayah.
Setelah fase penutupan total selama dua bulan selesai, pengerjaan preservasi jalan akan dilanjutkan dengan sistem buka tutup arus lalu lintas mulai Oktober hingga Desember 2025.
Sistem ini memungkinkan proyek tetap berjalan sambil memberikan akses terbatas bagi kendaraan yang melintas secara bergantian.
Tinggalkan Balasan