Lumajang, – Suasana posko pengungsian SDN 4 Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, berubah menjadi ruang bermain penuh tawa saat belasan polisi wanita (Polwan) Polres Lumajang mengajak anak-anak pengungsi erupsi Semeru bermain permainan kereta api, Sabtu (22/11/2025).
Tempat yang biasanya dipenuhi kecemasan dan kesedihan, mendadak menjadi arena penuh keceriaan. Ketika para polwan tiba membawa kardus berisi makanan ringan dan permainan, anak-anak langsung bersorak. “Yeeey ada polisi!” teriak seorang bocah yang membuat seluruh anak lain berlari mendekat dengan mata berbinar.
Kehadiran para polwan membuat posko itu seolah menjadi zona aman tempat anak-anak bisa melupakan ketakutan yang mereka alami beberapa hari terakhir.
Para polwan secara aktif menjemput anak-anak yang masih berada di ruang kelas, memastikan tidak ada satu pun yang terlewat. Semua diajak bergabung di lapangan sekolah yang seketika berubah menjadi taman bermain sederhana.
Permainan kereta api menjadi momen yang paling ditunggu. Anak-anak membentuk barisan panjang, mengikuti polwan yang memimpin permainan sambil bernyanyi dan berkeliling. Tawa pecah ketika mereka melewati terowongan yang diperankan dua polwan lainnya, dan setiap ada yang tertangkap mereka berteriak, Kenaaa!
Di tengah riuhnya tawa, terlihat banyak anak mulai kembali mengekspresikan rasa aman. Wajah-wajah yang sebelumnya tegang kini berubah cerah. Azril, anak asal Dusun Sumbersari, mengaku sangat senang bisa bermain lagi setelah beberapa hari penuh ketakutan.
“Diajak nyanyi, main, sama dikasih kue. Senang,” katanya sambil menggenggam permen yang baru diterimanya.
Fani, anak lainnya, bahkan mengaku betah berada di posko karena suasana yang lebih ramai dengan teman-teman sebaya. “Enak di sini, banyak temannya,” ujarnya sambil menyusul teman-temannya yang sedang bermain.
Kapolres Lumajang, AKBP Alex Sandy Siregar, menjelaskan bahwa kegiatan trauma healing ini merupakan upaya untuk menghadirkan kenyamanan psikologis bagi anak-anak.
“Kami berharap dengan kegiatan ini, anak-anak bisa melupakan dampak kejadian yang mereka alami pascabencana,” ujarnya.
Menurut Alex, kegiatan pemulihan psikologis tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga lansia dan warga dewasa di pengungsian. “Kami akan terus mendampingi para pengungsi, baik dari anak-anak maupun lansia, melalui kegiatan trauma healing dan program sosial lainnya,” tuturnya.
Tinggalkan Balasan