Gucialit, Lumajang — Di lereng perbukitan Gucialit yang sejuk, ada sekolah yang tidak hanya mengajarkan tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman. SMP Negeri 1 Gucialit hadir sebagai contoh pendidikan inklusif yang menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Kepala Sekolah SMPN 1 Gucialit, Ibu Luluk Winarni, menjadikan moderasi beragama sebagai pusat dari pendidikan karakter di sekolah yang ia pimpin. Menurutnya, pendidikan sejati tidak hanya berfokus pada capaian melainkan juga menciptakan lingkungan yang menghargai perbedaan dan menumbuhkan kasih sayang antarindividu.
“Di sekolah ini, kami tidak membedakan agama. Setiap siswa kami anggap sebagai keluarga. Kami tumbuh dan belajar bersama dalam keberagaman,” ujar Luluk dengan tulus, pada Jumat (11/4/2025).
Komitmen ini tidak hanya sebatas wacana. Selama bulan Ramadan, sekolah mengadakan dua kegiatan keagamaan yang bersamaan: Pondok Ramadan untuk siswa Muslim dan Pasraman Kilat untuk siswa beragama Hindu. Kedua kegiatan ini berlangsung bersamaan menciptakan ruang pembelajaran sosial yang membangun empati dan rasa hormat di antara peserta. Siswa yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan keagamaan tetap aktif berpartisipasi, membantu panitia dan menjaga suasana agar tetap kondusif. Ini menunjukkan bahwa toleransi tidak hanya diajarkan, tetapi juga diterapkan di setiap aktivitas sekolah.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Bapak Yepta Putra Ferdiansyah, menekankan pentingnya pengalaman ini dalam pembentukan karakter siswa. “Anak-anak belajar menghormati keyakinan orang lain tanpa perlu menyamakan pemikiran. Ini adalah bentuk nyata dari jelasnya. Di samping itu, siswa juga terlibat dalam kegiatan sosial dengan membagikan zakat fitrah kepada masyarakat sekitar. Mereka tidak hanya belajar untuk berbagi, tetapi juga merasakan pengumpulan distribusi ini menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial.
Setelah bulan Ramadan, semangat kebersamaan terus dipertahankan melalui kegiatan Halal Bihalal pada 9 April 2025. Seluruh civitas sekolah berkumpul dalam suasana kekeluargaan untuk saling memaafkan dan merayakan harmoni dalam perbedaan. “Halal Bihalal adalah momentum untuk memperkuat persaudaraan. Kita mungkin berbeda dalam keyakinan, tetapi kita satu dalam menjaga kerukunan,” kata Yepta.
Apa yang dilakukan SMPN 1 Gucialit adalah contoh konkrit dari pendidikan karakter yang pada Ditengah tantangan sering muncul, sekolah ini menjadi tempat yang menyejukkan — memberi harapan bahwa harmoni dapat tumbuh, ruang kelas yang sederhana.
Dengan semangat gotong royong dan pendekatan yang konsisten, SMPN 1 Gucialit membuktikan bahwa membangun bangsa dimulai dari hati yang tulus dan kepedulian yang nyata.
Tinggalkan Balasan