Malang, – Kota Malang kini tengah menjelma menjadi magnet baru investasi di kalangan generasi muda. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang, tercatat rata-rata 1.000 investor baru bergabung setiap bulan sepanjang tahun 2025, dengan mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa dan anak muda di bawah usia 30 tahun.
Kepala OJK Malang, Farid Faletehan, menyebut bahwa lonjakan partisipasi ini menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan literasi keuangan di Malang Raya, sekaligus memperkuat posisi Malang sebagai pusat pengembangan pasar modal generasi muda.
“Kami yakin sebagian besar dari 13.000 investor baru di tahun ini adalah anak muda. Ini sejalan dengan data nasional, di mana 54 persen dari total 18 juta investor pasar modal adalah generasi di bawah usia 30 tahun,” ungkap Farid dalam kegiatan Financial Literacy for Young Youth di Universitas Brawijaya, Selasa (7/10/2025).
Baca juga: Bangunan Pendidikan Tanpa Legalitas? Ponpes di Lumajang Belum Ajukan PBG Sejak 2020
Sebagai kota pendidikan dengan ribuan mahasiswa dari berbagai daerah, Malang memiliki modal sosial yang kuat untuk menjadi pusat pertumbuhan investor muda. Banyak mahasiswa kini mulai menyisihkan penghasilan dari beasiswa, pekerjaan paruh waktu, atau uang saku untuk membeli saham dan reksa dana.
Tak hanya jumlahnya yang terus tumbuh, partisipasi aktif generasi muda dalam kegiatan edukasi keuangan juga menunjukkan semangat yang besar untuk belajar.
“Kami ingin tunjukkan bahwa investasi itu tidak mahal dan bisa dimulai siapa saja. Bahkan dengan Rp 100.000, mahasiswa sudah bisa membuka rekening saham dan mulai menanamkan uangnya,” tambah Farid.
Baca juga: Dugaan Paparan Radioaktif Cs-137 di Kawasan Industri Cikande dan Surabaya Bikin Warga Waswas
Namun di balik tren yang menjanjikan ini, OJK juga memberi peringatan bahwa minat tinggi anak muda terhadap investasi tidak selalu dibarengi dengan pemahaman yang memadai. Banyak dari mereka masih rentan terhadap penipuan dan skema investasi ilegal yang menjanjikan keuntungan instan.
Dari total 1.743 pengaduan keuangan yang diterima OJK Malang, 11,36 persen merupakan kasus penipuan, yang sebagian korbannya adalah anak muda. Secara nasional, kerugian akibat penipuan finansial tercatat mencapai Rp 5,6 triliun.
“Banyak anak muda tergoda hasil cepat dan instan. Di sinilah pentingnya edukasi agar mereka tidak hanya menjadi investor, tapi juga investor yang cerdas dan berhati-hati,” ujar Farid.
OJK Malang terus menggencarkan program edukasi keuangan ke kampus-kampus. Lewat kolaborasi dengan Bursa Efek Indonesia dan tokoh publik seperti Piyu, gitaris band Padi, OJK berupaya menyampaikan materi keuangan dengan pendekatan yang dekat dan relevan bagi mahasiswa.
Tujuannya sederhana namun strategis, menjadikan mahasiswa tak hanya paham produk investasi, tapi juga mampu membangun kebiasaan keuangan sehat seperti mencatat pengeluaran dan disiplin menyisihkan minimal 10 persen penghasilan untuk investasi.
Dengan pertumbuhan investor muda yang pesat, kegiatan edukatif yang masif, serta kesadaran akan risiko yang mulai terbentuk, Malang berpotensi menjadi ekosistem keuangan muda yang paling aktif dan sehat di Indonesia.
“Kami ingin Malang jadi contoh kota yang sukses mencetak investor muda yang bukan hanya aktif, tapi juga paham risiko dan mampu merencanakan masa depan keuangannya,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan