Arah Angin dan Suhu Malam Perkuat Gaung Dentuman Semeru, PPGA: Fenomena Alamiah - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Wakil Bupati Lumajang: Jaga dan Kelola Tanah dengan Bijak demi Masa Depan Kepemilikan Tanah Resmi Perkuat Produktivitas dan Peluang Ekonomi Masyarakat Desa Bades Pemkab Lumajang Salurkan Dana Tunggu Hunian, Bupati Pastikan Pemulihan Penyintas Semeru Terus Dikawal Lumajang Salurkan Rp1,2 Juta BLT DBHCHT untuk Kebutuhan Pokok dan Pendidikan Anak Lumajang Toreh Prestasi: Forikan Berperan Aktif Turunkan Stunting dan Perkuat Gizi Anak

Nasional · 27 Nov 2025 16:08 WIB ·

Arah Angin dan Suhu Malam Perkuat Gaung Dentuman Semeru, PPGA: Fenomena Alamiah


 Arah Angin dan Suhu Malam Perkuat Gaung Dentuman Semeru, PPGA: Fenomena Alamiah Perbesar

Lumajang, – Suara dentuman dari Gunung Semeru kian sering terdengar hingga radius 12 kilometer dalam beberapa hari terakhir.

Meski menimbulkan kekhawatiran warga di sejumlah wilayah, Pusat Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru menegaskan bahwa fenomena tersebut merupakan kondisi alamiah yang dipengaruhi faktor atmosfer, bukan pertanda akan terjadinya erupsi besar.

Petugas PPGA Semeru, Mukdas Sofian, menjelaskan bahwa dentuman yang terdengar layaknya suara petir itu diperkuat oleh kondisi atmosfer pada periode pagi hingga malam hari. Pada waktu-waktu tersebut, lapisan udara berada dalam kondisi stabil dengan suhu yang lebih rendah.

“Lapisan udara yang stabil memungkinkan gelombang suara dipantulkan kembali ke permukaan sehingga terdengar lebih keras di permukiman,” ujar Sofian, Kamis (27/11/2025).

Selain suhu dan stabilitas atmosfer, arah angin juga memiliki peran penting dalam memperkuat gaung dentuman. Dalam beberapa hari terakhir, angin dominan bergerak ke utara dan timur laut, sehingga wilayah-wilayah pada jalur tersebut lebih sering mendengar suara dentuman dari puncak kawah Semeru.

“Arah angin membuat suara terdistribusi lebih jelas ke wilayah utara dan timur laut,” kata Sofian.

Meningkatnya intensitas dentuman bukan sekadar efek atmosfer, tetapi memang berkaitan dengan aktivitas vulkanik dangkal pada Gunung Semeru. Sofian menyebut pelepasan gas bertekanan tinggi menjadi penyebab utama terjadinya dentuman kuat.

Data seismik menunjukkan dominasi gempa letusan dengan amplitudo menengah dan durasi panjang. “Ini menandakan adanya akumulasi gas yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba,” jelasnya.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa intensitas suara yang meningkat tidak mencerminkan adanya peningkatan energi magmatik dari kedalaman.

Perubahan morfologi kawah pasca awan panas guguran pada 19 November 2025 turut memperkuat suara dentuman. Bagian tumpukan material erupsi dan lava yang sebelumnya menutupi area sekitar kawah kini hilang, membuat struktur kawah lebih terbuka.

“Dengan struktur yang lebih terbuka, energi akustik dari setiap letusan dangkal dapat merambat lebih bebas,” jelas Sofian.

Pada Kamis (27/11/2025) pukul 00.00–06.00 WIB, Gunung Semeru merekam 54 kali gempa letusan dan empat kali gempa guguran. Namun demikian, PPGA menegaskan bahwa seringnya dentuman tidak menunjukkan adanya potensi erupsi besar dalam waktu dekat.

“Fenomena ini lebih menggambarkan dinamika tekanan di dekat permukaan,” tegas Sofian.

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Risiko Tinggi, Pemkab Lumajang Kembali Tawarkan Relokasi bagi Warga Sumberlangsep

8 Desember 2025 - 12:13 WIB

PVMBG Ingatkan Warga: Jauhi Besuk Kobokan dan Sempadan Sungai Hingga 17 Km

8 Desember 2025 - 08:43 WIB

Posko Terintegrasi Pantau Kondisi Sungai secara Real Time untuk Antisipasi Lahar

8 Desember 2025 - 08:27 WIB

Lumajang Perkuat Sistem Mitigasi Semeru untuk Kurangi Risiko Bencana Berulang

8 Desember 2025 - 08:03 WIB

Tidak Hanya Rumah, Masjid dan Lahan Perkebunan Warga Jugosari Tertimbun Lahar Semeru

8 Desember 2025 - 07:33 WIB

Warga Sumberlangsep Pilih Bertahan di Zona Rawan, Meski Lahar Semeru Menyapu Dusun

7 Desember 2025 - 20:00 WIB

Trending di Nasional