Tanggul Lama di Zaman Soeharto Kian Kritis, Pergeseran Alur Sungai Jadi Pemicu Utama - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Wakil Bupati Lumajang: Jaga dan Kelola Tanah dengan Bijak demi Masa Depan Kepemilikan Tanah Resmi Perkuat Produktivitas dan Peluang Ekonomi Masyarakat Desa Bades Pemkab Lumajang Salurkan Dana Tunggu Hunian, Bupati Pastikan Pemulihan Penyintas Semeru Terus Dikawal Lumajang Salurkan Rp1,2 Juta BLT DBHCHT untuk Kebutuhan Pokok dan Pendidikan Anak Lumajang Toreh Prestasi: Forikan Berperan Aktif Turunkan Stunting dan Perkuat Gizi Anak

Nasional · 30 Nov 2025 07:26 WIB ·

Tanggul Lama di Zaman Soeharto Kian Kritis, Pergeseran Alur Sungai Jadi Pemicu Utama


 Tanggul Lama di Zaman Soeharto Kian Kritis, Pergeseran Alur Sungai Jadi Pemicu Utama Perbesar

Lumajang, – Perubahan karakter dan arah aliran Sungai Besuk Kobokan sejak erupsi besar Gunung Semeru pada 2021 kini memicu ancaman baru.

Penumpukan material vulkanis yang terus terjadi selama empat tahun terakhir menyebabkan tanggul alami di hulu sungai tidak lagi mampu menahan tekanan aliran lahar, hingga akhirnya jebol sepanjang kurang lebih satu kilometer.

Sekretaris Daerah Lumajang, Agus Triyono, menyatakan bahwa kantong kawah Semeru sejak erupsi 2021 telah terisi lebih dari separuh oleh material baru.

Kondisi ini membuat volume dan tekanan aliran ke sungai meningkat drastis, terutama saat terjadi erupsi susulan.

“Sejak erupsi Semeru di tahun 2021, material vulkanis sudah banyak yang menumpuk. Bahkan memenuhi kantong kawah lebih dari separuh,” jelasnya, Minggu (30/11/2025).

Penumpukan material tersebut menyebabkan perubahan morfologi daerah hulu dan membuat aliran sungai cenderung bergerak ke arah selatan.

Pergeseran aliran ini otomatis meningkatkan tekanan pada sisi kiri sungai, tepat di lokasi tanggul alami dan tanggul eksisting era Presiden Soeharto.

Aliran yang bergeser itu menggerus bagian bawah tanggul eksisting, melemahkan strukturnya secara bertahap. Setelah erupsi pada Rabu (19/11/2025), aliran material vulkanis meluber dan melampaui tanggul eksisting yang sudah kritis, sehingga tekanan meningkat dan menjebol tanggul alami di atasnya.

Perubahan arah aliran sungai ini juga dipengaruhi oleh dinamika geologi Gunung Semeru. Penambahan volume material di puncak dan tubuh gunung dapat mengubah jalur aliran lahar, terutama saat terjadi hujan atau erupsi yang menghasilkan guguran baru. Ketidakstabilan morfologi inilah yang membuat tanggul alami tidak mampu lagi menjadi penghalang.

“Alur sungai sudah berubah sejak 2021. Bagian bawah tanggul eksisting tergerus, dan yang jebol akhirnya adalah tanggul alami yang posisinya berada di atas tanggul eksisting,” kata Agus.

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Risiko Tinggi, Pemkab Lumajang Kembali Tawarkan Relokasi bagi Warga Sumberlangsep

8 Desember 2025 - 12:13 WIB

PVMBG Ingatkan Warga: Jauhi Besuk Kobokan dan Sempadan Sungai Hingga 17 Km

8 Desember 2025 - 08:43 WIB

Posko Terintegrasi Pantau Kondisi Sungai secara Real Time untuk Antisipasi Lahar

8 Desember 2025 - 08:27 WIB

Lumajang Perkuat Sistem Mitigasi Semeru untuk Kurangi Risiko Bencana Berulang

8 Desember 2025 - 08:03 WIB

Tidak Hanya Rumah, Masjid dan Lahan Perkebunan Warga Jugosari Tertimbun Lahar Semeru

8 Desember 2025 - 07:33 WIB

Warga Sumberlangsep Pilih Bertahan di Zona Rawan, Meski Lahar Semeru Menyapu Dusun

7 Desember 2025 - 20:00 WIB

Trending di Nasional