Lumajang, – Aroma roti baru matang setiap pagi kini menjadi penanda kehidupan baru di Jalan PB Sudirman Gang Kalisono, Lumajang.
Di sebuah dapur sederhana, Vita, seorang pelaku UMKM lokal, konsisten memproduksi roti tawar bantal home made yang belakangan menjadi perbincangan warga sekitar.
Dengan harga hanya Rp6.000 per bungkus, roti tawar buatannya tak hanya terjangkau, tetapi juga terkenal lembut, wangi, dan dibuat tanpa bahan pengawet.
Vita memulai usahanya dari skala kecil, hanya dengan peralatan dapur seadanya. Namun, tekadnya untuk menghadirkan produk berkualitas membuat roti tawar bantal ini cepat dikenal dan disukai masyarakat.
“Yang penting saya bikin roti yang layak dimakan anak sendiri. Bersih, lembut, dan fresh setiap hari,” katanya, Kamis (4/12/2025).
Salah satu keunggulan roti Fita Bakery adalah kesegarannya. Setiap pagi, adonan dibuat dari nol tanpa stok lama. Dalam satu hari, Vita bisa memproduksi puluhan bungkus roti tawar, tergantung jumlah pesanan.
Begitu keluar dari oven, roti langsung dikemas agar tetap bersih namun tetap mempertahankan aroma khas home made yang menjadi daya tarik utama produk ini.
Meski dibuat secara rumahan dan membutuhkan tenaga ekstra, Vita tetap mempertahankan harga Rp6.000 agar siapa pun bisa menikmatinya.
Menurutnya, usaha kecil seperti ini bukan semata soal keuntungan, tetapi juga memberi kontribusi kecil bagi masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan pangan yang sehat dan murah.
“Banyak ibu-ibu yang cari roti lembut untuk sarapan anak. Kalau harganya terlalu tinggi, mereka pasti keberatan. Makanya saya usahakan tetap Rp6.000,” kata Vita.
Meski dapurnya tidak besar, Vita memastikan setiap proses pembuatan dilakukan dengan standar kebersihan dan ketelitian. Dari menguleni adonan, memfermentasi, memanggang, hingga mengemas, semua dilakukan sendiri.
Tidak jarang Vita harus bangun lebih pagi atau tidur lebih larut ketika pesanan meningkat, terutama saat akhir pekan atau menjelang kegiatan sekolah dan acara keluarga.
“Ya capek, tapi senang kalau pembeli bilang rotinya enak. Itu yang bikin saya semangat terus,” tuturnya.
Keputusan itu justru membuat roti tawar bantal miliknya semakin digemari. Warga yang awalnya hanya mencoba satu bungkus, kini menjadi pelanggan tetap. Mereka biasanya memesan lewat tetangga, datang langsung, atau mengambil stok pagi hari sebelum roti habis.
“Kalau roti pabrik biasanya lebih awet, tapi roti rumahan ini beda. Teksturnya lebih lembut dan rasanya lebih natural,” ungkap Aisyah. salah satu pelanggan yang rutin mampir setiap dua hari sekali.
Beberapa pelanggan menyebut roti Fita Bakery sebagai roti kampung yang kualitasnya kota. Mereka menilai tekstur roti lebih empuk dibandingkan roti buatan pabrik, dan karena tanpa bahan pengawet, lebih aman dikonsumsi anak-anak.
“Anak-anak malah suka. Tidak terlalu manis, lembut, pas buat sarapan atau bekal sekolah,” kata Ima, pelanggan lainnya.
Tinggalkan Balasan