Lumajang, – Nama Affan Kurniawan mungkin tak tercatat dalam buku sejarah, tak terpampang di gedung-gedung pemerintahan, atau dibicarakan dalam diskusi elite.
Namun malam itu, Minggu (31/8/25), di Pendopo Arya Wiraraja Lumajang, namanya menggema dalam doa dan diam.
Ia menjadi simbol tentang rakyat kecil yang kerap menjadi korban dari konflik besar yang tak mereka mulai. Affan adalah pengemudi ojek online yang meninggal dunia secara tragis dalam demonstrasi di Jakarta.
Ia terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di tengah kericuhan aksi yang berlangsung panas. Tragedi itu menyulut kesedihan di berbagai penjuru negeri, termasuk di Lumajang, kampung halaman banyak warga yang turut bersolidaritas atas kejadian itu.
Baca juga: NasDem Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach Imbas Pernyataan Kontroversial Soal DPR
Tahlil dan doa bersama digelar sebagai bentuk penghormatan dan solidaritas. Namun acara itu bukan sekadar bentuk duka formal. Ia menjadi ruang berkabung bersama, dan lebih dari itu, ruang kontemplasi bagi bangsa.
Sebelum doa dimulai, suara Presiden Prabowo Subianto diperdengarkan lewat pengeras suara. Dalam pernyataannya, Presiden menyampaikan belasungkawa resmi atas wafatnya Affan.
Baca juga: Dispendik Surabaya Terapkan Belajar dari Rumah 1–4 September Akibat Situasi Kota yang Mencekam
“Saya turut berduka atas wafatnya salah satu anak bangsa dalam peristiwa ini. Kita harus belajar, kita harus memperbaiki,” ujar Prabowo dalam kutipan yang dibacakan.
Pernyataan itu disambut diam panjang. Sebagian menatap lantai. Ada yang menggenggam tangan pasangannya lebih erat. Duka itu nyata. Kehilangan itu nyata.
Dibalik kesunyian itu, Bupati Lumajang, Indah Amperawati, turut hadir dan menyampaikan pidatonya. Ia tidak hanya berbicara sebagai pejabat, tapi sebagai anak daerah sebagai bagian dari rakyat yang merasa luka ini juga miliknya.
“Kita lahir, besar, dan tumbuh di lumajang ini. Kita tidak rela jika ada yang memecah-belah kita. Jangan mau diadu domba, jangan mau dirusak oleh kepentingan sesaat,” ucapnya.
Ia mengajak warga Lumajang untuk menjaga persatuan dan tidak terjebak dalam upaya provokasi atau adu domba.
“Saya yakin kita semua mencintai Kabupaten Lumajang. Saya lahir dan besar di sini. Panjenengan juga. Maka jangan biarkan daerah ini dipecah belah. Kita jaga bersama,” jelasnya.
Tinggalkan Balasan