Lumajang, – Kecamatan Senduro di Kabupaten Lumajang kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu sentra produksi kopi unggulan di Jawa Timur.
Berada di lereng Gunung Semeru yang kaya akan tanah vulkanik subur, kawasan ini menghasilkan kopi robusta dan arabika dengan cita rasa khas yang sulit ditandingi daerah lain.
Namun, di balik kelezatan kopi Senduro, terdapat dinamika harga yang cukup menarik dan dipengaruhi oleh kualitas panen, terutama metode pemetikan buah kopi.
Desa Senduro dikenal luas sebagai pusat produksi kopi yang memadukan metode tradisional dengan keunikan alam pegunungan. Para petani di sini masih mengandalkan cara-cara manual dalam memanen dan mengolah kopi, sehingga kualitas biji kopi yang dihasilkan tetap terjaga.
Rohman, salah satu petani kopi di Desa Senduro, mengungkapkan bahwa harga kopi robusta dengan kualitas petik merah saat ini berada di kisaran Rp70.000 per kilogram, sementara kopi robusta biasa yang tidak dipetik merah dijual sekitar Rp60.000 per kilogram.
“Dulu harga kopi petik merah bisa sampai Rp85.000 per kilogram, tapi sekarang turun. Ini memang dinamika pasar dan juga dipengaruhi oleh hasil panen yang bervariasi,” terang Rohman saat ditemui di kebunnya, Kamis (3/7/25).
Salah satu faktor utama yang menentukan harga kopi di Senduro adalah kualitas buah kopi saat dipanen. Kopi petik merah adalah kopi yang dipetik ketika buahnya sudah matang sempurna, berwarna merah cerah, dan siap diolah.
Metode ini berbeda dengan petik biasa yang cenderung mengambil buah kopi secara sekaligus tanpa memperhatikan kematangan sempurna.
Penurunan harga kopi robusta petik merah dari Rp85.000 menjadi Rp70.000 per kilogram menjadi perhatian para petani. Faktor utama penurunan ini adalah fluktuasi pasar global dan hasil panen yang tidak merata akibat perubahan cuaca dan serangan hama.
Selain itu, persaingan dengan kopi dari daerah lain juga memengaruhi harga di tingkat petani.
Rohman mengungkapkan bahwa musim panen kali ini cukup menantang karena curah hujan yang tidak menentu. “Kadang buah kopi matang tidak serentak, sehingga kami harus lebih selektif dalam memetik agar kualitas tetap terjaga,” katanya.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Lumajang, Mamik Woroarjiati, menjelaskan bahwa kopi robusta petik merah rata-rata dihargai sekitar Rp80.000 per kilogram di tingkat petani pada bulan Juni.
Sedangkan kopi arabika petik merah bisa mencapai Rp90.000 per kilogram, tergantung kualitas dan citarasa yang dihasilkan.
“Kualitas kopi sangat berpengaruh pada harga jual. Kopi yang dipetik saat sudah merah sempurna menghasilkan aroma yang lebih kuat dan rasa yang khas, sehingga lebih diminati pembeli,” ujar Mamik.
Tinggalkan Balasan