Pujawali Pura Semeru Agung Tak Sekadar Tradisi, Tapi Penanda Sejarah Spiritualitas Hindu - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Khofifah Serahkan Santunan Rp10 Juta untuk Keluarga Korban KMP Tunu Pratama Jaya yang Tenggelam di Selat Bali Nggak Pake Ribet! Ini Cara Membaca Pesan WhatsApp Tanpa Membuka Chat RSNU Permata Lumajang Diproyeksikan Jadi Rumah Sakit Unggulan Berbasis Nahdliyin RSNU Lumajang Gelar Operasi Bibir Sumbing Gratis untuk Puluhan Warga Tak Mampu Bupati Lumajang: RSNU Harus Jadi Rumah Sakit Inklusif untuk Semua Golongan

Nasional · 10 Jul 2025 16:49 WIB ·

Pujawali Pura Semeru Agung Tak Sekadar Tradisi, Tapi Penanda Sejarah Spiritualitas Hindu


 Pujawali Pura Semeru Agung Tak Sekadar Tradisi, Tapi Penanda Sejarah Spiritualitas Hindu Perbesar

Lumajang, – Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Indonesia, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace, menegaskan bahwa Pujawali di Pura Mandhara Giri Semeru Agung bukan sekadar ritual tahunan yang diulang berdasarkan kalender, melainkan sebuah penanda sejarah spiritual yang memiliki makna mendalam bagi umat Hindu.

Dalam pernyataannya saat menghadiri upacara Pujawali tahun ini, Cok Ace menjelaskan bahwa pemilihan bulan purnama sebagai waktu pelaksanaan upacara berkaitan langsung dengan momentum pengaktifan fungsi pura yang terjadi pada tahun 1992 silam.

Baca juga: Fasilitas Rusak dan Minim Penerangan, Gerindra Soroti Potensi Bahaya di Sekitar Pura Mandhara Giri

“Kenapa di bulan purnama? Karena pada bulan purnama tahun 1992 ini kita menetapkan sebagai hari dimulainya fungsi pura ini. Jadi ini bukan ulang tahun Tuhan, tapi inilah peringatan kami bahwa pura ini digunakan mulai saat itu,” ungkap Cok Ace, Rabu (10/7/25).

Lebih dari sekadar tempat ibadah, Pura Mandhara Giri juga menjadi jembatan spiritual antara umat Hindu di Bali dan Jawa. Kehadirannya memperkuat ikatan kultural dan spiritual di tengah keragaman geografis, serta menjaga kesinambungan tradisi lintas generasi.

“Ini adalah warisan spiritual yang bukan hanya dijaga secara fisik, tapi juga secara rohani. Pujawali bukan hanya simbol perayaan, tetapi penegasan atas identitas dan sejarah kehadiran pura ini sebagai pusat keagamaan,” tegas Cok Ace.

Pura Mandhara Giri Semeru Agung yang terletak di lereng Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, kini menjadi salah satu titik sakral penting umat Hindu di Jawa Timur. Setiap tahunnya, pura ini menjadi magnet spiritual bagi umat dari Bali, Jawa Timur, dan berbagai wilayah lainnya.

Pujawali sendiri merupakan bagian dari siklus upacara besar yang mengikuti sistem penanggalan Isyakat, dengan skema pengulangan yang unik tahunan (1 gerbau), lima tahunan (3 gerbau), dan sepuluh tahunan (13 kerbau). Rangkaian upacara tahun ini berlangsung selama 11 hari, dengan puncak acara hingga tanggal 21 Juli 2025 mendatang.

Menurut Wira Dharma, pengurus harian pura, kegiatan keagamaan ini diikuti umat Hindu secara bergiliran setiap hari, menunjukkan tingginya penghormatan terhadap kedudukan Pura Mandhara Giri Semeru Agung dalam kehidupan beragama.

“Setiap hari ada umat dari daerah berbeda yang datang ke sini secara bergiliran. Ini pura yang dituakan dan dihormati, tidak hanya dari Bali tapi juga dari berbagai wilayah di Jawa Timur,” ujar Wira.

Artikel ini telah dibaca 34 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Karnaval, Tradisi, dan Dentuman: Dilema Budaya di Tengah Desa

18 Juli 2025 - 16:06 WIB

Tradisi Tak Lekang Waktu, Bhakti Penganyar Jadi Jembatan Budaya Bali dan Jawa

18 Juli 2025 - 10:00 WIB

Cerita Pilu Siti Fatimah, Ibu Lansia yang ‘Dibuang’ Anak Kandung ke Panti Jompo Malang

17 Juli 2025 - 20:39 WIB

Menanti Instruksi Gubernur, MUI Lumajang Minta Kepala Daerah Kompak Soal Sound Horeg

17 Juli 2025 - 19:18 WIB

Sound Horeg Diproses Seperti Kegiatan Umum Lain, Tapi Ada Pengecekan Khusus

17 Juli 2025 - 19:08 WIB

Pasca Kericuhan, MUI Haramkan Sound Horeg: Pemkot Malang Siapkan Langkah Pencegahan

15 Juli 2025 - 20:14 WIB

Trending di Nasional