Lumajang, – Perubahan karakter dan arah aliran Sungai Besuk Kobokan sejak erupsi besar Gunung Semeru pada 2021 kini memicu ancaman baru.
Penumpukan material vulkanis yang terus terjadi selama empat tahun terakhir menyebabkan tanggul alami di hulu sungai tidak lagi mampu menahan tekanan aliran lahar, hingga akhirnya jebol sepanjang kurang lebih satu kilometer.
Sekretaris Daerah Lumajang, Agus Triyono, menyatakan bahwa kantong kawah Semeru sejak erupsi 2021 telah terisi lebih dari separuh oleh material baru.
Kondisi ini membuat volume dan tekanan aliran ke sungai meningkat drastis, terutama saat terjadi erupsi susulan.
“Sejak erupsi Semeru di tahun 2021, material vulkanis sudah banyak yang menumpuk. Bahkan memenuhi kantong kawah lebih dari separuh,” jelasnya, Minggu (30/11/2025).
Penumpukan material tersebut menyebabkan perubahan morfologi daerah hulu dan membuat aliran sungai cenderung bergerak ke arah selatan.
Pergeseran aliran ini otomatis meningkatkan tekanan pada sisi kiri sungai, tepat di lokasi tanggul alami dan tanggul eksisting era Presiden Soeharto.
Aliran yang bergeser itu menggerus bagian bawah tanggul eksisting, melemahkan strukturnya secara bertahap. Setelah erupsi pada Rabu (19/11/2025), aliran material vulkanis meluber dan melampaui tanggul eksisting yang sudah kritis, sehingga tekanan meningkat dan menjebol tanggul alami di atasnya.
Perubahan arah aliran sungai ini juga dipengaruhi oleh dinamika geologi Gunung Semeru. Penambahan volume material di puncak dan tubuh gunung dapat mengubah jalur aliran lahar, terutama saat terjadi hujan atau erupsi yang menghasilkan guguran baru. Ketidakstabilan morfologi inilah yang membuat tanggul alami tidak mampu lagi menjadi penghalang.
“Alur sungai sudah berubah sejak 2021. Bagian bawah tanggul eksisting tergerus, dan yang jebol akhirnya adalah tanggul alami yang posisinya berada di atas tanggul eksisting,” kata Agus.
Tinggalkan Balasan