Pagelaran Wayang Kulit “Wahyu Katentreman” di Alun-Alun Lumajang, Sabtu (6/9/2025), membuktikan bahwa warisan budaya bukan sekadar pelestarian. Pertunjukan ini mampu menjadi penggerak ekonomi rakyat, memberi napas baru bagi pelaku UMKM dan sektor ekonomi kreatif daerah. Ribuan warga yang hadir tidak hanya menikmati seni tradisi, tetapi juga berbelanja produk lokal di sekitar alun-alun.
Bunda Indah: Budaya dan Ekonomi Kreatif Harus Terintegrasi
Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), menegaskan bahwa budaya harus menjadi bagian dari strategi pembangunan daerah.
“Wayang kulit bukan hanya hiburan. Ia adalah warisan budaya dunia yang mampu menciptakan multiplier effect nyata terhadap perekonomian rakyat, khususnya UMKM,” tegasnya.
UMKM Merasakan Dampak Positif
Sejak pagi, area alun-alun dipenuhi bazar UMKM yang menampilkan kuliner khas, kerajinan tangan, hingga busana Lumajang. Antusiasme pengunjung membuat omzet para pelaku usaha lokal meningkat signifikan. Hal ini membuktikan bahwa budaya dapat menjadi pintu masuk untuk memperkuat ekonomi lokal.
Sinergi Budaya dan Pembangunan
Penyelenggaraan acara didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Kementerian Kebudayaan RI, bekerja sama dengan Pemkab Lumajang dan komunitas budaya Sabdaaji. Kolaborasi ini menjadi contoh nyata bahwa sinergi antar-pihak mampu menjadikan budaya sebagai instrumen pembangunan inklusif.
Selain dampak ekonomi, lakon “Wahyu Katentreman” juga menyampaikan pesan moral penting: menjaga persatuan dan menolak segala bentuk perpecahan. Pesan ini relevan bagi Lumajang yang terus tumbuh sebagai pusat budaya dan pariwisata Jawa Timur.
Generasi Muda dan Masa Depan Budaya
Pagelaran wayang kulit juga menjadi sarana pendidikan karakter. Anak-anak dan remaja Lumajang yang terlibat langsung belajar bahwa budaya bukan hanya tontonan, tetapi juga ruang pembelajaran, pengabdian, dan peluang ekonomi di masa depan.
Budaya, Ekonomi, dan Identitas Bangsa
Pada akhirnya, Lumajang membuktikan bahwa budaya, ekonomi, dan pembangunan sosial dapat berjalan beriringan. Wayang kulit bukan sekadar bayangan di layar kelir, melainkan cahaya yang menghidupi UMKM, menggerakkan ekonomi kreatif, sekaligus menjaga jati diri bangsa.
Tinggalkan Balasan