Probolinggo, – Apa yang seharusnya menjadi perjalanan santai selepas rekreasi di kawasan wisata Gunung Bromo berubah menjadi mimpi buruk yang mengguncang nurani.
Sebuah bus pariwisata Inds88Trans yang mengangkut rombongan tenaga kesehatan (nakes) dari RS Bina Sehat Jember mengalami kecelakaan tragis di Jalan Raya Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu (14/9/25) siang.
Kecelakaan yang terjadi sekitar pukul 11.45 WIB itu diduga kuat disebabkan oleh rem blong. Bus berwarna merah tersebut tampak melaju tidak beraturan sebelum akhirnya menabrak rumah warga yang berada di seberang jalur.
Baca juga: Kerusuhan 2 Hari di Surabaya Rugikan Negara Rp4 Miliar
Seorang saksi mata, Saiful, yang berada di sekitar lokasi kejadian, menyebutkan bahwa kendaraan sempat oleng beberapa kali sebelum menghantam bangunan dengan keras.
“Bus-nya sudah terlihat tidak stabil sejak beberapa meter sebelum lokasi. Seperti susah dikendalikan. Tiba-tiba langsung menghantam rumah di seberang,” ungkap Saiful.
Baca juga: Mahasiswa Tuntut Reformasi Parpol, DPRD Jember: Ini Momentum Perbaikan Politik
Data terbaru dari RSUD dr Mohammad Saleh, Kota Probolinggo, mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas akibat insiden ini bertambah dari enam menjadi delapan orang.
Informasi ini disampaikan oleh petugas kamar jenazah, Wasis, yang menyatakan bahwa dua korban tambahan dinyatakan meninggal dunia setelah mendapatkan penanganan medis.
“Betul, sekarang total korban meninggal sudah delapan orang. Satu di antaranya belum bisa kami identifikasi secara lengkap,” kata Wasis.
Ia juga membenarkan bahwa seluruh korban merupakan bagian dari rombongan tenaga kesehatan RS Bina Sehat Jember yang dalam perjalanan pulang usai berwisata ke Gunung Bromo.
Namun, informasi rinci mengenai jumlah korban luka-luka belum dapat dipastikan karena sebagian besar sedang dalam penanganan intensif di beberapa rumah sakit.
Rombongan nakes ini diketahui baru saja menyelesaikan kegiatan wisata dan dalam perjalanan kembali ke Jember. Jalan Raya Boto yang menjadi rute pulang memang dikenal memiliki kontur menurun dan berkelok, sehingga menjadi jalur yang rawan bagi kendaraan besar, terlebih jika dalam kondisi teknis yang tidak prima.
Ironisnya, kegiatan yang semestinya menjadi pelepas penat bagi para nakes setelah menjalani rutinitas kerja di rumah sakit, justru berakhir dengan tragedi.
Duka pun menyelimuti pihak keluarga, rekan kerja, hingga masyarakat Jember yang kehilangan sosok-sosok tenaga medis yang selama ini berada di garis depan pelayanan kesehatan.
Peristiwa kembali membuka luka lama terkait lemahnya pengawasan dan standar keselamatan armada pariwisata, khususnya bus-bus yang mengangkut rombongan dari instansi atau komunitas.
Tinggalkan Balasan