Piodalan Mengundang Ribuan Peziarah Setiap Hari - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Khofifah Serahkan Santunan Rp10 Juta untuk Keluarga Korban KMP Tunu Pratama Jaya yang Tenggelam di Selat Bali Nggak Pake Ribet! Ini Cara Membaca Pesan WhatsApp Tanpa Membuka Chat RSNU Permata Lumajang Diproyeksikan Jadi Rumah Sakit Unggulan Berbasis Nahdliyin RSNU Lumajang Gelar Operasi Bibir Sumbing Gratis untuk Puluhan Warga Tak Mampu Bupati Lumajang: RSNU Harus Jadi Rumah Sakit Inklusif untuk Semua Golongan

Daerah · 13 Jul 2025 15:27 WIB ·

Piodalan Mengundang Ribuan Peziarah Setiap Hari


 Piodalan Mengundang Ribuan Peziarah Setiap Hari Perbesar

Sejak 3 hingga 13 Juli 2025, kawasan Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Senduro, Lumajang, kembali dipadati ribuan peziarah dalam rangkaian ritual Piodalan. Rata-rata 1.500 orang per hari, mayoritas dari Bali, hadir untuk mengikuti upacara suci di pura yang terletak di lereng barat Gunung Semeru tersebut.

“Hotel penuh semua, jadi umat banyak memilih homestay milik warga. Bahkan sekarang kamar sudah berebut,” kata Wira Dharma, Pengurus Harian Pura, Minggu (13/7/2025).

Homestay dan Warung Warga Panen Berkah

Permintaan penginapan melonjak drastis. Homestay yang sebelumnya jarang terisi kini menolak tamu karena penuh. Tarif bervariasi antara Rp100–200 ribu per malam. Nurhadi, pemilik homestay berkapasitas delapan kamar, mengaku bahwa pendapatan bulanannya terkumpul hanya dalam sepekan.

“Ganti seprai saja kewalahan, tapi ini rezeki,” ungkapnya.

Warung makan, toko kelontong, hingga pedagang kaki lima pun ikut menikmati lonjakan omzet. Bu Sari, pemilik warung tegal di jalan utama Senduro, mencatat peningkatan penjualan hingga dua juta rupiah per hari, dari yang biasanya Rp700 ribu.

“Kopi panas laris, apalagi nasi jagungnya,” katanya dengan senyum lebar.

Petani, Pengepul, dan Sopir Juga Kecipratan Rezeki

Peningkatan konsumsi membawa berkah ke rantai ekonomi lokal. Warung-warung mendadak memesan telur, cabai, dan gas elpiji dalam jumlah dua kali lipat dari biasanya. “Permintaan naik tajam, petani senang, stok langsung habis,” kata Tarmaji, Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur.

Di sektor transportasi, para sopir ojek dan bison (kendaraan bak terbuka) ramai mengantar peziarah dari Terminal Minak Koncar ke pura. Sugiarto, pengemudi bison berusia 27 tahun, bisa mengantarkan empat rit per hari dengan tarif Rp25 ribu sekali jalan.

UMKM dan Pasar Tiban Semarakkan Halaman Pura

Panitia membuka pasar tiban di halaman pura yang menampung berbagai produk lokal. Lapak-lapak kayu menjual keripik singkong, rengginang kencur, ting-ting jahe, hingga kain batik bermotif pisang dan pasir Semeru.

“Selama lima hari, omzet saya tembus Rp6 juta,” ujar Sari, pelaku UMKM lokal.

Selain penjualan langsung, panitia juga memanfaatkan media sosial untuk promosi lewat live shopping. Paket hampers oleh-oleh seperti kopi arabika Senduro, keripik, dan dupa aromatik dijual dengan harga mulai Rp150 ribu dan dipesan hingga dari Jakarta dan Surabaya.

Pemerintah Siapkan Penataan Ekonomi Berbasis Pura

Pemerintah Desa Senduro telah menyusun rencana tata ruang jangka menengah untuk menata koridor ekonomi pura. Rencana ini meliputi pembangunan sentra UMKM permanen, zona parkir, dan jalur pedestrian. “Kami pastikan tradisi terjaga, ekonomi bergerak, lingkungan tidak rusak,” tegas perwakilan desa.

Spiritualitas dan Ekonomi Menyatu

Di dapur umum pura, ibu-ibu Banjar memasak nasi kuning untuk dibagikan gratis kepada pemedek. Seluruh bahan baku dibeli dari pasar lokal. Selama 10 hari pelaksanaan Piodalan, mereka menghabiskan hingga lima kuintal tempe untuk lauk nabati.

Made Yuli Astuti, umat asal Denpasar, mengaku senang bisa pulang sambil membawa oleh-oleh lokal. “Kopi lanangnya khas sekali. Rasanya enak, dan saya ikut bantu ekonomi warga,” ucapnya.

Menuju Desa Wisata Spiritual Inklusif

Menurut Dinas Pariwisata Lumajang, Piodalan Senduro menjadi prototipe desa wisata spiritual yang inklusif dan berdaya. Kepala Dispar, Yuli Harismawati, menyebut kolaborasi antara pura, warga, dan pelaku UMKM menjadi kunci keberhasilan.

“Kuncinya kolaborasi. Kalau dikelola konsisten, Senduro bisa jadi hub wisata spiritual Jawa–Bali,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya kurasi produk dan literasi digital bagi pelaku usaha agar pemasaran daring bisa berlanjut pasca event. “Data pengunjung bisa diarahkan ke kampanye repeat order,” tambahnya.

Ketika Dupa Padam, Ekonomi Terus Menyala

Menjelang subuh hari terakhir Piodalan, genta pura berdentang memecah kabut. Di tengah kekhusyukan umat yang bersimpuh, aroma kopi arabika menyelimuti udara dari warung bambu. Di sinilah Senduro menemukan harmoni: ketika ibadah memeluk rezeki, dan tradisi menyatu dengan perputaran ekonomi desa.

Saat dupa perlahan padam, roda ekonomi tetap berputar. Dari kaki Semeru, masyarakat Senduro membuktikan bahwa spiritualitas yang inklusif dapat menyalakan harapan dan kehidupan.

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Data Bansos Tak Akurat, Bupati Jember Gandeng Mahasiswa KKN

17 Juli 2025 - 20:50 WIB

Pemberhentian Truk Pasir di Candipuro, Aksi Spontan hingga Mediasi di Tengah Ketidakjelasan Regulasi

17 Juli 2025 - 14:29 WIB

Beras Diduga Oplosan di Pasar Pucang Surabaya Mulai Ditarik Agen Sejak Sepekan Lalu

16 Juli 2025 - 17:09 WIB

Capaian Investasi Jember Lampaui Target: Rp 1,7 Triliun di Kuartal Pertama 2025

16 Juli 2025 - 16:36 WIB

Kebakaran Gudang di Balung, Damkar Jember Terlambat Datang karena BBM dan Armada Tua

15 Juli 2025 - 20:35 WIB

Tragedi Laut di Pasuruan: 1 Tewas, 3 Hilang Akibat Perahu Pemancing Terbalik

14 Juli 2025 - 19:16 WIB

Trending di Daerah