Lumajang, – Keputusan sejumlah perguruan tinggi yang menarik ribuan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari desa-desa di Kabupaten Lumajang akibat maraknya kasus pencurian sepeda motor (curanmor) menuai berbagai tanggapan.
Koordinator Desa KKN di Desa Sidorejo, Kecamatan Rowokangkung, Juanda Surya Aditya, menyayangkan langkah tersebut dan menilai penarikan massal bukanlah solusi yang ideal.
“Menurut saya, lebih baik saling berkolaborasi dengan desa. Tidak harus melakukan penarikan seperti itu. Masih ada solusi lain yang bisa ditempuh,” kata Juanda saat dikonfirmasi melalui sambungan teleponnya, Selasa (12/8/25).
Baca juga: Polda Jatim Kerahkan Tim Jatanras Buru Curanmor di Lumajang
Juanda merupakan ketua kelompok KKN dari Sekolah Tinggi Islam Belambangan (STIB), yang saat ini masih aktif melaksanakan program KKN di Desa Sidorejo dan Nogosari.
Ia menegaskan, pihaknya tetap menjalankan kegiatan sesuai rencana, dengan memperkuat sistem keamanan bekerja sama dengan pihak desa.
“Salah satu langkah antisipasi kami adalah membentuk tim patroli malam. Mahasiswa dijadwal bergantian bersama perangkat desa, terdiri dari dua orang linmas dan dua perangkat desa,” ujarnya.
Baca juga: Ketika Desa Lain Ditinggalkan, Argosari Jadi Contoh Lokasi KKN yang Aman dan Nyaman
“Tujuannya untuk menjaga keamanan lingkungan dan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,” tambahnya.
Juanda menjelaskan, total ada dua kelompok mahasiswa dari STIB yang tersebar di dua desa, masing-masing beranggotakan 27 dan 28 mahasiswa.
Mereka tetap menjalankan program pemberdayaan masyarakat dengan penuh komitmen, meski berada dalam situasi yang tidak sepenuhnya kondusif.
“Dari kampus juga ada dukungan. Kami diminta menjaga sinergi dengan pihak desa dan tetap waspada. Jadi tidak dilepas begitu saja,” tambahnya.
Sementara itu, kasus curanmor yang menimpa mahasiswa KKN di desa lain seperti Alun-Alun dan Tempeh memang memicu kekhawatiran banyak pihak.
Namun Juanda menilai, selama komunikasi dan kerja sama dengan warga berjalan baik, potensi gangguan bisa diminimalkan.
“Kami tidak ingin program ini terhenti begitu saja. Banyak kegiatan yang sudah dirancang dan sudah mulai memberikan dampak ke masyarakat. Maka itu, langkah pencegahan yang terstruktur jauh lebih bermanfaat dibanding langsung menarik mahasiswa dari lokasi,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan