Probolinggo, – Krisis air bersih di Kabupaten Probolinggo terus meluas. Hingga akhir Agustus, sebanyak 14 desa di empat kecamatan mengalami kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo mencatat, desa-desa yang terdampak tersebar di Kecamatan Tegalsiwalan, Banyuanyar, Tiris, dan Leces.
Total pengiriman air bersih yang telah dilakukan sejak Juni hingga Agustus mencapai 324.000 liter.
“Dari data sebelumnya, ada beberapa wilayah yang memang rutin mengalami krisis air bersih setiap musim kemarau. Kami terus memantau dan menyiagakan petugas untuk mendistribusikan air bersih,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Probolinggo, Zubaidullah, Senin (8/9/25).
Baca juga: Polrestabes Surabaya Tetapkan 33 Tersangka Ricuh Demo, 9 Ditetapkan oleh Polda
Empat desa di Kecamatan Tegalsiwalan yang telah menerima bantuan air bersih yakni Tegalsono, Bulujaran Lor, Bulujaran Kidul, dan Gunung Bekel. Sementara di Kecamatan Banyuanyar, desa terdampak meliputi Liprak Kidul, Klenang Kidul, Gunung Geni, dan Gading Kulon.
“Desa Tulupari, Rejing, dan Pesawahan di Kecamatan Tiris juga menjadi sasaran distribusi. Di Kecamatan Leces, distribusi dilakukan ke Desa Malasan Kulon, Tigasan Wetan, dan Tigasan Kulon,” ungkapnya.
Baca juga: 17 Pejabat Plt Ditunjuk, Pemkab Jember Isi Kekosongan Jabatan Strategis
Zubaidullah menjelaskan, krisis air bersih disebabkan oleh dua faktor utama, yakni kemarau yang menyebabkan sumur dan sumber air mengering. “Serta kerusakan infrastruktur pipanisasi akibat bencana seperti gempa atau kecelakaan kendaraan,” katanya.
BPBD Kabupaten Probolinggo telah memperkuat koordinasi dengan pemerintah desa dan kecamatan untuk mempercepat respons terhadap laporan krisis air. Begitu ada laporan masuk, tim BPBD akan turun ke lapangan untuk melakukan verifikasi sebelum penyaluran air bersih dilakukan.
“Kebutuhan air bersih ini sangat vital, mulai dari memasak, mandi, hingga mencuci. Karena itu, kami terus lakukan pemantauan wilayah yang berpotensi mengalami krisis, terutama karena saat ini masih awal musim kemarau,” jelasnya.
Tinggalkan Balasan