Lumajang, – Di balik alam asri Kecamatan Kedungjajang, tersimpan potensi wisata sejarah yang mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat.
Sumber Merutu, sebuah sumber mata air yang dikelola secara tradisional oleh BUMDes, kini tengah diupayakan menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menarik secara alam, tetapi juga kaya nilai historis.
Camat Kedungjajang, Samsul Nurul Huda, dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa Sumber Merutu dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai lokasi pemandian selir-selir Arya Wiraraja, salah satu tokoh penting dalam sejarah kerajaan di Nusantara.
“Dari cerita-cerita masyarakat, Sumber Merutu ini dulunya merupakan tempat pemandian para selir Arya Wiraraja. Cerita rakyat ini jadi modal awal yang ingin kami dalami dan kuatkan melalui riset sejarah,” ungkapnya, Minggu (17/8/25).
Baca juga: Camat Kedungjajang Dorong Riset Sejarah dan Penetapan Cagar Budaya Lokal
Namun, menurut Samsul, pengembangan potensi wisata ini tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Tahap awal yang sedang difokuskan adalah penataan legalitas aset, terutama terkait status kepemilikan lahan dan pengelolaan sumber daya alam di sekitar lokasi.
“Yang paling utama saat ini adalah memastikan Sumber Merutu sudah clear and clean dari sisi aset. Kalau status kepemilikannya sudah jelas, maka kita bisa lebih leluasa memikirkan skema pendanaan, baik melalui dana desa, investor swasta, bahkan dukungan APBN,” tambahnya.
Baca juga: Rayakan HUT RI ke-80, Surabaya Tawarkan Tarif Parkir Rp 80 di Titik Strategis
Pemerintah Kecamatan Kedungjajang juga membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari OPD terkait, komunitas sejarah, akademisi, hingga sektor swasta untuk menggali nilai historis dan potensi ekonomi Sumber Merutu.
Selain daya tarik sejarah, keindahan alam Sumber Merutu juga menjadi kekuatan tersendiri. Air yang jernih, nuansa alami, dan suasana pedesaan menjadikan lokasi ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ekowisata dan wisata edukatif berbasis sejarah.
“Kami ingin agar Sumber Merutu bukan hanya jadi tempat selfie, tapi juga menjadi ruang edukasi budaya. Jika nanti terbukti secara akademis ada nilai sejarah tinggi, maka akan kita arahkan juga ke arah pelestarian sebagai bagian dari warisan budaya,” jelasnya.
Tinggalkan Balasan