Infak Penjual Ketan Lumajang yang Menginspirasi - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
EDITORIAL | Birokrasi Lemot, Anggaran Mandek, Moral ASN Rapuh: Saatnya Indah Masdar Lakukan Bersih-Bersih di Lumajang Bunda Indah: Santri Masa Kini Harus Jadi Pelopor Peradaban yang Berakar pada Moral dan Nasionalisme Bunda Indah Gaungkan “Nguri-Nguri Budaya Jawa”: Sekolah Jadi Ruang Cerdas yang Berakar pada Kearifan Lokal Santri Lumajang Gelar Aksi Damai: Meneguhkan Nilai Pesantren dan Etika Publik “Gema Berbaris” Lumajang: Mencetak Generasi Madrasah yang Cerdas, Religius, dan Nasionalis

Daerah · 7 Sep 2025 04:40 WIB ·

Rp2.000 Sehari yang Mengubah Hidup: Inspirasi Infak Anang, Penjual Ketan Lumajang


 Rp2.000 Sehari yang Mengubah Hidup: Inspirasi Infak Anang, Penjual Ketan Lumajang Perbesar

Lumajang – Dari sebuah gerobak ketan di Tempeh Tengah, lahir sebuah kisah sederhana namun penuh makna. Seorang penjual ketan membuktikan bahwa kebaikan tidak diukur dari banyaknya harta, melainkan dari keikhlasan berbagi.

Setiap hari, ia menyisihkan Rp2.000 dari penghasilan yang pas-pasan. Dalam beberapa minggu, terkumpul Rp122.000 yang ia serahkan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Lumajang. Uniknya, bulan ini saja ia sudah dua kali datang menyetor infak. Konsistensinya membuat banyak orang tertegun, bagaimana seorang pedagang kecil bisa begitu disiplin dalam berbagi.

Ketulusan yang Menyentuh Hati

Momen semakin haru ketika Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), hadir langsung di kantor Baznas saat penyerahan infak. Dengan mata berkaca, ia menyebut ketulusan penjual ketan jauh lebih berharga daripada jumlah nominalnya.

“Ini bukan soal besar kecilnya uang, tetapi tentang keikhlasan dan konsistensi dalam berbagi. Infak seperti ini tidak ternilai harganya,” ujar Bunda Indah, Jumat (5/9/2025).

Bagi Bunda Indah, kisah ini menjadi alarm moral bahwa semangat gotong royong dan kepedulian sosial masih hidup di tengah masyarakat. Ia pun mengajak warga Lumajang meneladani sikap mulia sang penjual ketan.

“Kalau seorang penjual ketan bisa menyisihkan rezekinya secara rutin, tak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan hal yang sama,” tegasnya.

Infak Kecil, Dampak Besar

Baznas Lumajang mencatat, infak kecil namun rutin justru menjadi energi besar. Wakil Ketua I Baznas Lumajang, Moh. Khoyum, menyebut sumbangan semacam ini menjadi fondasi kuat untuk membantu masyarakat.

“Infak kecil yang dilakukan dengan ikhlas dan berulang kali justru menjadi energi besar. Dari sinilah kami bisa menggerakkan program bantuan untuk yang membutuhkan,” jelasnya.

Dana hasil infak masyarakat digunakan untuk membantu keluarga miskin, mendukung pendidikan anak yatim, hingga menopang kebutuhan lansia yang tidak memiliki penghasilan. Dengan begitu, Rp2.000 sehari dari seorang pedagang ketan berubah menjadi keberkahan yang lebih besar.

UMKM Sebagai Pilar Sosial

Kisah penjual ketan ini membuktikan bahwa pelaku UMKM bukan hanya motor penggerak ekonomi, tetapi juga pilar solidaritas sosial. Meski hidup dari penghasilan harian, mereka mampu memberi contoh nyata tentang keikhlasan berbagi.

Data Baznas RI menyebut potensi zakat di Indonesia mencapai ratusan triliun rupiah, namun baru sebagian kecil yang tergali. Jika semangat penjual ketan Lumajang ditiru jutaan masyarakat, dampaknya bisa signifikan dalam menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan sosial.

Gerakan Sosial dari Desa

Bagi Lumajang, fenomena ini bisa menjadi energi moral untuk membangun gerakan sosial berbasis desa. Jika setiap pedagang, petani, nelayan, hingga pegawai menyisihkan sedikit penghasilan secara rutin, kas sosial daerah akan semakin kuat menopang kebutuhan warga.

Pemerintah bersama Baznas pun bisa merancang program apresiasi bagi donatur kecil yang konsisten. Bukan untuk mengekspos, tetapi untuk menumbuhkan budaya berbagi yang berkelanjutan di tengah masyarakat.

Pelajaran dari Gerobak Ketan

Kisah ini menyiratkan bahwa pembangunan daerah tidak hanya bertumpu pada APBD, melainkan juga bisa digerakkan melalui partisipasi masyarakat yang ikhlas. Di tengah dunia digital yang sering menonjolkan kemewahan, cerita sederhana dari gerobak ketan ini menjadi oase yang menyegarkan.

Keberkahan hidup bukan berasal dari seberapa banyak kita menumpuk, tetapi dari seberapa tulus kita memberi. Dari uang receh yang dikumpulkan sabar setiap hari, lahir energi kemanusiaan yang menopang sesama. Lumajang kembali diingatkan bahwa kebesaran sejati bukan milik mereka yang banyak memiliki, melainkan milik mereka yang ikhlas berbagi.

Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Temuan Hidrogen Peroksida di Lokasi Pengolahan Limbah Tambang Emas Picu Kekhawatiran Warga

17 November 2025 - 16:00 WIB

Pengelolahan Tambang Emas di Lumajang Tak Kantongi Izin

17 November 2025 - 15:55 WIB

Limbah Tambang Emas Resahkan Warga Pasirian Lumajang

17 November 2025 - 15:47 WIB

Ini 9 Pelanggaran yang Diburu dalam Operasi Zebra Semeru 2025

17 November 2025 - 15:33 WIB

Angka Kemiskinan Lumajang 2025 Turun Jadi 8,60 Persen, Terendah dalam Lima Tahun

16 November 2025 - 10:04 WIB

Geobag dan Geotek Jadi Andalan di Perbaikan Darurat Tanggul Regoyo

15 November 2025 - 13:42 WIB

Trending di Daerah