Konflik Terbuka Bupati vs Wakil Bupati di Jember dan Sidoarjo, Pemerintahan Terancam Mandek - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Turis Cina Cedera di Tumpak Sewu, diurut Sangkal Putung Lumajang Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Tengah & Jawa Timur, Waspada Hujan Lebat 15–18 September 2025 Pundungsari Park Hadirkan Wahana Baru, Liburan Keluarga Kini Lebih Seru dan Terjangkau Program MBG Lumajang: Dari Pasrujambe, Suapan Bergizi Lahirkan Harapan Generasi Emas Pemkab Lumajang Segarkan Motor Dinas Desa, Layanan Publik Lebih Cepat

Politik · 1 Okt 2025 07:04 WIB ·

Konflik Terbuka Bupati vs Wakil Bupati di Jember dan Sidoarjo, Pemerintahan Terancam Mandek


 Konflik Terbuka Bupati vs Wakil Bupati di Jember dan Sidoarjo, Pemerintahan Terancam Mandek Perbesar

Jember, – Ketegangan politik di dua daerah di Jawa Timur kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, konflik antara bupati dan wakil bupati di Jember dan Sidoarjo menjadi sorotan publik, setelah Wakil Bupati Jember Djoko Susanto secara terbuka melaporkan Bupati Muhammad Fawait ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Wakil Bupati Sidoarjo Mimik Idayana mengaku tidak dilibatkan sama sekali dalam pengambilan kebijakan strategis oleh Bupati Subandi.

Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan tersendatnya jalannya pemerintahan di kedua daerah tersebut. Konflik internal di pucuk pimpinan daerah tidak hanya mencerminkan disharmoni politik, tetapi juga berdampak langsung terhadap pelayanan publik dan kinerja birokrasi.

“Kasus di Jember dan Sidoarjo hanyalah contoh terbaru dari buruknya relasi politik pasca pilkada. Ketidakharmonisan ini sangat merugikan masyarakat,” kata Mohammad Toha, Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PKB, Rabu (1/10/2025).

Baca juga: Viral! Pengakuan Wabup Jember Tuai Respon KPK: Dugaan Korupsi Diselidiki

Toha menyebut konflik ini sebagai “puncak gunung es” dari persoalan yang lebih dalam, yakni ketidakselarasan peran dan komunikasi antara kepala daerah dan wakilnya. Ia menegaskan, kondisi ini telah menyebabkan tarik-menarik kepentingan dan membuat pejabat daerah terbelah antara dua kubu.

Baca juga:Surabaya Menuju Satu Data, Pemutakhiran DTSEN Dimulai 1 Oktober

“Pejabat jadi bingung harus loyal ke siapa. Ini memicu kasak-kusuk birokrasi yang akhirnya mengganggu pelayanan kepada masyarakat,” tambahnya.

Sebagai langkah solutif, Toha meminta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) turun tangan untuk menyelesaikan konflik yang terbuka ini. Ia menekankan pentingnya peran Kemendagri dalam pembinaan dan pengawasan pemerintahan daerah, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

“Jika ada pelanggaran, Kemendagri bisa memberi sanksi administratif, bahkan meminta perbaikan kebijakan agar pemerintahan tetap berjalan stabil,” tegasnya.

Toha menekankan komunikasi yang sehat dan saling menghormati peran masing-masing adalah kunci utama menjaga stabilitas pemerintahan daerah.

“Bupati dan wakilnya harus duduk bersama, bukan saling jegal. Yang jadi korban konflik ini bukan mereka, tapi rakyat,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

DPR: Pecah Kongsi Bupati-Wakil Bupati Bikin Pejabat Daerah Terbelah

1 Oktober 2025 - 07:13 WIB

Pinjaman Daerah Surabaya Dikoreksi Jadi Rp 1,5 Triliun, DPRD: Ini Keputusan Politik, Bukan Teknis Semata

29 September 2025 - 15:05 WIB

Viral! Pengakuan Wabup Jember Tuai Respon KPK: Dugaan Korupsi Diselidiki

25 September 2025 - 16:42 WIB

Petahana Dihantam Isu Kurang Perhatian, Nama Pudoli Makin Menguat

15 September 2025 - 18:21 WIB

Hanura Genjot Konsolidasi Akar Rumput, Targetkan Ranting & Anak Ranting Tuntas Juni 2026

13 September 2025 - 12:40 WIB

Defisit Rp4,3 Triliun, PDIP Jatim Ingatkan: Uang Rakyat Harus Kembali ke Wong Cilik

9 September 2025 - 21:01 WIB

Trending di Politik