Lumajang, – Pasca insiden meminum larutan Hydrochloric Acid (HCL) yang melibatkan tiga santri, Pondok Pesantren (Ponpes) Asy-Syarifiy 01 di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, menyatakan telah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur keamanan bahan kimia dan pengawasan santri di lingkungan pondok.
Dewan Pembina Ponpes, Ahmad Syaifuddin Amin, menegaskan tidak ada unsur kelalaian dalam insiden tersebut. Cairan HCL yang digunakan oleh pelaku untuk menjahili teman-temannya disebut telah disimpan rapi di gudang tertutup dan jauh dari jangkauan santri umum.
“Kami ingin tegaskan bahwa HCL itu bukan diletakkan sembarangan. Itu disimpan dengan aman di gudang, karena digunakan untuk praktikum SMK. Namun, pelaku dengan sengaja mengambil cairan tersebut saat waktu kosong subuh,” kata Amin, Minggu (5/10/2025).
Baca juga: Strategi Pion dan Keheningan Danau, Turnamen Catur Lumajang Sajikan Dua Dunia Sekaligus
Peristiwa yang terjadi pada 10 Juli 2025 itu membuat tiga santri bernama Dewangga, Azril, dan Rama harus dilarikan ke rumah sakit. Korban Dewangga mengalami kondisi paling parah dengan keluhan penyumbatan saluran pencernaan akibat cairan berbahaya yang ditelan.
Ahmad Syaifuddin menjelaskan bahwa pelaku, seorang santri berinisial A, diduga mengambil larutan HCL secara diam-diam, lalu menuangkannya ke dalam botol bekas minuman bersoda. Botol tersebut kemudian diberikan kepada korban.
Baca juga: Partai Demokrat Surabaya Terpuruk di Pileg 2024, DPD Jatim Gelar Pendidikan Politik untuk Bangkit
“Air HCL itu dimasukkan ke botol soda bekas alumni. Sifatnya iseng, tapi sangat berbahaya. Kami sangat prihatin dan ini jadi pelajaran penting bagi kami semua,” tambahnya.
Pascakejadian, pihak pondok menyatakan telah memperketat pengawasan, termasuk memperkuat sistem keamanan di area-area yang menyimpan bahan kimia dan peralatan praktikum. Santri juga akan diberikan edukasi tambahan mengenai bahaya bahan kimia dan pentingnya menjaga keamanan lingkungan pendidikan.
“Kami juga akan adakan sosialisasi berkala, tidak hanya kepada santri tingkat SMK tapi juga kepada santri tingkat bawah, agar mereka tahu mana yang berbahaya dan tidak boleh diakses sembarangan,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan