Lumajang, – Program Koperasi Merah Putih di Kabupaten Lumajang terus menunjukkan kemajuan, namun masih menghadapi tantangan utama, modal usaha.
Dari 205 koperasi yang terbentuk di 198 desa dan 7 kelurahan, seluruhnya kini memasuki tahap pembangunan dan operasionalisasi.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Lumajang, Muhammad Ridha, menjelaskan meski koperasi telah siap menjalankan unit usaha, modal tetap menjadi kendala.
Baca juga:Audit Bongkar Kerugian Rp 3 Miliar di PD Semeru, Bupati Lumajang: Sistemnya Memang Buruk
“Kami mendorong koperasi memanfaatkan simpanan pokok, simpanan wajib, dan penyertaan modal anggota sebagai langkah awal. Sebelum meminjam ke bank, kami ingin mereka benar-benar siap,” katanya, Jumat (24/10/2025).
Ridha menambahkan, strategi ini bukan hanya soal finansial, tapi juga menanamkan prinsip gotong royong ekonomi rakyat.
“Kalau jumlah anggota terus bertambah, koperasi bisa mulai berusaha dengan modal sendiri. Semangatnya adalah bekerja bersama, membangun ekonomi dari dan untuk masyarakat desa,” jelas Ridha.
Baca juga: PD Semeru Bangkrut, Bupati Lumajang: Sementara Stagnan Hingga Anggaran Normal
Program ini juga didukung oleh pendampingan intensif dari 20 Business Assistant yang ditugaskan Kementerian Koperasi dan UKM RI untuk membantu koperasi menyusun proposal usaha, strategi pengelolaan, hingga pengajuan dana ke perbankan. Pendampingan ini diharapkan meningkatkan kesiapan koperasi agar tidak terburu-buru mengambil risiko finansial.
Salah satu contoh keberhasilan koperasi yang lebih dulu beroperasi adalah Koperasi Merah Putih Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo.
Koperasi ini memiliki unit usaha subpangkalan LPG dengan omzet mencapai Rp 76 juta, serta ratusan unit usaha sembako yang dikelola secara profesional.
Keberhasilan koperasi ini menjadi inspirasi bagi desa-desa lain yang tengah membangun unit usaha serupa.
Ridha menegaskan, fokus utama pemerintah adalah membangun kemandirian ekonomi desa.
“Program Koperasi Merah Putih bukan hanya wadah usaha, tapi gerakan ekonomi rakyat. Kita ingin warga desa sadar bahwa dengan bergabung dan berpartisipasi, mereka bisa berdiri di atas kaki sendiri,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan