BBTNBTS: Pendangkalan Ranu Pani Cerminan Interaksi Negatif Manusia dan Alam - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Dorong Gerakan Sosial Bersama untuk Tangani Rumah Tidak Layak Huni Langkah Cepat Pemkab Lumajang Redakan Kepanikan Warga Terdampak Puting Beliung di Kalipenggung Bunda Indah Tekankan Pariwisata Berkelanjutan saat Resmikan Wisata Kopi Jatian Kenongo Wabup Lumajang: Kemajuan Daerah Tumbuh dari Rasa Aman dan Kedekatan TNI dengan Rakyat Sinergi TNI dan Pemkab Lumajang: Rumah Mbok Imuk Jadi Cermin Cinta, Kepedulian, dan Ketahanan Sosial Bangsa

Pariwisata · 10 Okt 2025 09:15 WIB ·

BBTNBTS: Pendangkalan Ranu Pani Cerminan Interaksi Negatif Manusia dan Alam


 BBTNBTS: Pendangkalan Ranu Pani Cerminan Interaksi Negatif Manusia dan Alam Perbesar

Lumajang, – Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) menyoroti penyusutan Danau Ranu Pani sebagai dampak nyata dari interaksi negatif antara manusia dan lingkungan.

Pendangkalan dan penyempitan danau yang terletak di kaki Gunung Semeru ini dinilai bukan hanya dipengaruhi faktor alam, tapi juga ulah manusia, terutama aktivitas pertanian di sekitar kawasan danau.

Kepala Bagian Tata Usaha BBTNBTS, Septi Eka Wardhani, menjelaskan sedimentasi akibat erosi tanah dari lahan pertanian warga menjadi penyebab utama menyusutnya luas badan air Danau Ranu Pani dari tahun ke tahun.

Baca juga:Khofifah Soroti Lumajang, Daerah Paling Berat Terdampak Pemangkasan Dana Pusat

“Fenomena ini merupakan hasil akumulatif dari sedimentasi yang bersumber dari erosi lahan pertanian di sekitar danau,” jelas Septi Jumat (10/10/2025).

Baca juga: Pemkot Surabaya Terapkan Skema Cicilan Proyek untuk Efisiensi Anggaran

Data BBTNBTS menunjukkan, pada 2004, luas badan air Danau Ranu Pani masih mencapai 5,9 hektar. Namun, pada 2016 menyusut menjadi 4,7 hektar, dan pada tahun 2025 ini hanya tersisa sekitar 3,4 hektar.

Artinya, dalam dua dekade terakhir, danau kehilangan lebih dari 2,5 hektar badan airnya. Pendangkalan terbesar terjadi dalam sembilan tahun terakhir (2016–2025), dengan penyusutan seluas 1,3 hektar, melampaui penyusutan pada periode 2004–2016 yang hanya 1,2 hektar.

“Ini bukan sekadar gejala alam, tapi juga cerminan interaksi negatif antara manusia dengan ekosistem alami yang rapuh,” tegas Septi.

Sebagai danau alami yang berada dalam kawasan konservasi dan juga menjadi pintu gerbang pendakian Gunung Semeru, Ranu Pani memiliki peran penting dalam ekosistem pegunungan.

Selain menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, danau ini juga menyimpan nilai sosial, budaya, dan ekonomi, terutama bagi masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup dari sektor wisata dan pertanian.

BBTNBTS mengimbau agar semua pihak, khususnya warga sekitar dan pengunjung, lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dan menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan untuk mencegah erosi dan sedimentasi lebih lanjut.

“Kami berharap ada kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak terkait untuk menyelamatkan dan merehabilitasi Danau Ranu Pani sebelum kondisinya makin parah,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pemandu Wisata Lumajang Disiapkan Hadapi Turis Global

12 Oktober 2025 - 07:55 WIB

Tumpak Sewu Jadi Bintang Baru Wisata Jawa Timur

12 Oktober 2025 - 07:30 WIB

Sinergi Pusat dan Daerah, Lumajang Siap Jadi Destinasi Kelas Dunia

12 Oktober 2025 - 07:21 WIB

Pemandu Wisata Lumajang Akan Dilatih Jadi Duta Global Pariwisata

12 Oktober 2025 - 07:13 WIB

Jejak Budaya di Bawah Semeru, Tradisi yang Tak Lekang oleh Wisata

5 Oktober 2025 - 18:12 WIB

Turis Cina Cedera di Tumpak Sewu, diurut Sangkal Putung Lumajang

30 September 2025 - 09:38 WIB

Trending di Nasional