Puisi “Tiada Luka Abadi” Karya Rayyan Aulia R: Sebuah Karya Sastra yang Menggugat Ketidakadilan dan Keserakahan - Laman 2 dari 3 - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
100 Becak Listrik Hadiah Presiden: Napas Baru untuk Pengayuh Becak Lumajang yang Mulai Sepuh Transformasi Digital Tak Cukup dengan Infrastruktur: “Kuncinya Ada pada Pemanfaatan yang Efektif” Atlet Disabilitas Lumajang Bikin Sejarah: Sabet 3 Emas dan 1 Perak di Keparprov Jatim 2025 Cuaca Ekstrem Masih Mengancam, Pemerintah Perkuat Mitigasi Berbasis Informasi Resmi di Kawasan Lahar Semeru Evaluasi Komprehensif Disiapkan untuk Menangani Dampak Lahar Semeru

Pendidikan · 9 Jan 2024 18:17 WIB ·

Puisi “Tiada Luka Abadi” Karya Rayyan Aulia R: Sebuah Karya Sastra yang Menggugat Ketidakadilan dan Keserakahan


 Ilustrasi Photo AI Tim Lensa Warta Perbesar

Ilustrasi Photo AI Tim Lensa Warta

Bait pertama: Penulis menyatakan bahwa ia tidak merasa tenang dengan situasi dunia yang belum senang, yaitu dunia yang masih mengalami konflik, ketimpangan, dan ketidakadilan.

Penulis merasa tidak bisa diam dan hanya menjadi penonton, sementara keadilan yang seharusnya ditegakkan telah dibungkam oleh pihak yang berkuasa, yang mungkin memiliki kepentingan tertentu atau tidak peduli dengan nasib orang lain.

Ilustrasi Photo AI Tim Lensa Warta

Ilustrasi Photo AI Tim Lensa Warta

Bait kedua: Penulis menyatakan bahwa ini bukan masalah pribadi, yang berarti penulis tidak memiliki motif atau agenda terselubung dalam menulis puisi ini. Penulis juga menyatakan bahwa ini bukan masalah mengapa, yang berarti penulis tidak mencari alasan atau pembenaran untuk situasi dunia yang buruk.

Penulis menyatakan bahwa ini adalah masalah kita semua, yang berarti penulis mengajak pembaca untuk merasakan dan memperhatikan kondisi dunia yang mempengaruhi kita semua. Penulis juga menyebutkan luka lama dendam nyata, yang berarti penulis mengungkapkan bahwa banyak orang yang telah terluka oleh ketidakadilan dan keserakahan, dan masih menyimpan dendam yang nyata, yang mungkin bisa memicu konflik atau kekerasan lebih lanjut.

Fakta Tentang Kenaikan Gaji Pensiun 2024

Bait ketiga: Penulis menanyakan kepada pihak yang berkuasa, apakah mereka berpikir tentang akibat dari tindakan mereka. Penulis menyatakan bahwa kita sekarang merugi, yang berarti penulis menunjukkan bahwa banyak orang yang mengalami kerugian, baik secara materi, moral, maupun spiritual, akibat dari ketidakadilan dan keserakahan yang terjadi.

Penulis menyalahkan ego seorang, yang berarti penulis menunjuk kepada orang yang berkuasa, yang mungkin memiliki ego yang tinggi dan tidak mau mendengarkan atau menghormati orang lain. Penulis juga menyebutkan nafsu liar itu buta, yang berarti penulis mengkritik nafsu atau ambisi yang berlebihan dari orang yang berkuasa, yang membuat mereka tidak melihat atau mengabaikan dampak negatif dari tindakan mereka.

Penulis juga menyatakan bahwa didalamnya kau bertahta, yang berarti penulis mengejek orang yang berkuasa, yang mungkin merasa dirinya sebagai raja atau penguasa yang tidak bisa disentuh atau dikritik.

Artikel ini telah dibaca 184 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pemkab Lumajang Hentikan Pembangunan Sekolah di Zona Merah

29 November 2025 - 13:34 WIB

Pendidikan Jadi Prioritas Pemkab Lumajang dalam Rehabilitasi Sosial Pascaaerupsi

27 November 2025 - 07:04 WIB

Tak Cukup Tunggu Siswa Datang, Pemkab Lumajang Jemput Bola ke Desa-Desa

31 Oktober 2025 - 09:58 WIB

Bupati Lumajang Gerakkan Program Kejar Paket untuk 48 Ribu Warga Tak Tamat SD

31 Oktober 2025 - 09:51 WIB

67 Persen Warga Lumajang Belum Tamat SMP, Tantangan Serius Dunia Pendidikan

30 Oktober 2025 - 12:33 WIB

3 Segmen Anak Putus Sekolah Jadi Fokus: DO, LTM, dan BPB Capai 14.190 Anak di Lumajang

24 September 2025 - 14:53 WIB

Trending di Pendidikan