Lumajang, – Warga Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, mulai khawatir setelah ditemukannya jeriken berisi Hidrogen Peroksida di lokasi usaha pengolahan limbah tambang emas yang beroperasi di tengah permukiman padat.
Bahan kimia tersebut dikenal memiliki sifat oksidator kuat dan berpotensi membahayakan kesehatan maupun lingkungan apabila tidak dikelola dengan benar.
Kekhawatiran warga semakin meningkat setelah memeriksa kondisi area pengolahan. Di lokasi terlihat tumpukan lebih dari seratus karung berisi lumpur limbah tambang emas yang belum diolah, serta kubangan lumpur seluas sekitar enam meter persegi dengan kedalaman 30 sentimeter.
Baca juga: Pengelolahan Tambang Emas di Lumajang Tak Kantongi Izin
Aktivitas dua pekerja yang memasukkan lumpur olahan ke dalam karung-karung menambah kekhawatiran soal tata kelola limbah yang dinilai tidak memadai.
Perangkat Desa Pasirian, Heru Purnomo, mengonfirmasi bahwa warga telah melaporkan aktivitas usaha tersebut. Menurutnya, temuan bahan kimia seperti Hidrogen Peroksida di tengah permukiman menjadi salah satu sumber keresahan, mengingat usaha itu juga tidak memiliki izin operasional.
“Ada keluhan warga terkait pengolahan limbah tambang, limbahnya dibuang ke sungai. Ada usahanya, menurut pemilik tidak berdampak negatif, dia juga mengaku tidak punya izin,” ujar Heru saat berada di lokasi, Senin (17/11/2025).
Baca juga: Limbah Tambang Emas Resahkan Warga Pasirian Lumajang
Hidrogen Peroksida yang biasanya digunakan dalam proses pengolahan emas dapat menimbulkan risiko seperti iritasi kulit, gangguan pernapasan, hingga potensi bahaya jika mencemari sumber air.
Apalagi lokasi usaha berada sangat dekat dengan rumah warga dan sungai yang masih digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Satrio (26), pemilik usaha, membantah bahwa penggunaan bahan kimia tersebut membahayakan lingkungan. Ia mengklaim bahwa metode pengolahan yang digunakan lebih ramah lingkungan dan air olahan tidak dibuang ke sungai.
“Cara kerjanya pakai pengganti potas yang lebih ramah lingkungan. Airnya masuk lagi, tidak dibuang ke sungai,” jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa limbah lumpur yang dihasilkan tidak dibuang sembarangan dan kadang dimanfaatkan warga untuk menguruk rumah.
Tinggalkan Balasan