Puisi “Tiada Luka Abadi” Karya Rayyan Aulia R: Sebuah Karya Sastra yang Menggugat Ketidakadilan dan Keserakahan - Laman 3 dari 3 - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Dorong Gerakan Sosial Bersama untuk Tangani Rumah Tidak Layak Huni Langkah Cepat Pemkab Lumajang Redakan Kepanikan Warga Terdampak Puting Beliung di Kalipenggung Bunda Indah Tekankan Pariwisata Berkelanjutan saat Resmikan Wisata Kopi Jatian Kenongo Wabup Lumajang: Kemajuan Daerah Tumbuh dari Rasa Aman dan Kedekatan TNI dengan Rakyat Sinergi TNI dan Pemkab Lumajang: Rumah Mbok Imuk Jadi Cermin Cinta, Kepedulian, dan Ketahanan Sosial Bangsa

Pendidikan · 9 Jan 2024 18:17 WIB ·

Puisi “Tiada Luka Abadi” Karya Rayyan Aulia R: Sebuah Karya Sastra yang Menggugat Ketidakadilan dan Keserakahan


 Ilustrasi Photo AI Tim Lensa Warta Perbesar

Ilustrasi Photo AI Tim Lensa Warta

Bait keempat: Penulis menyatakan bahwa kami meringis ngeri, yang berarti penulis mengekspresikan perasaan takut dan kesakitan yang dialami oleh banyak orang yang menjadi korban atau saksi dari ketidakadilan dan keserakahan.

Penulis juga menyatakan bahwa kau kian menjadi, yang berarti penulis menunjukkan bahwa orang yang berkuasa semakin menjadi-jadi atau semakin tidak terkendali dalam melakukan tindakan yang merugikan orang lain.

Penulis juga menyebutkan luka akan menganga selamanya, yang berarti penulis menegaskan bahwa luka yang ditimbulkan oleh ketidakadilan dan keserakahan itu tidak akan pernah sembuh atau hilang, melainkan akan terus membekas dan menyiksa. Penulis juga menyebutkan dalam dunia tak ada ujungnya, yang berarti penulis menyadari bahwa dunia ini tidak memiliki batas atau akhir, dan bahwa ketidakadilan dan keserakahan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, tanpa henti atau jeda.

Penulis juga menyatakan luka ini abadi, yang berarti penulis mengulangi bahwa luka yang ditimbulkan oleh ketidakadilan dan keserakahan itu tidak akan pernah berakhir atau lenyap, melainkan akan terus ada dan menghantui.

Penulis juga menyatakan sampai kau yang mengakhiri, yang berarti penulis memberikan harapan atau tantangan kepada orang yang berkuasa, agar mereka mengakhiri tindakan mereka yang merugikan orang lain, dan mungkin juga meminta maaf atau bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Artikel ini telah dibaca 181 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

3 Segmen Anak Putus Sekolah Jadi Fokus: DO, LTM, dan BPB Capai 14.190 Anak di Lumajang

24 September 2025 - 14:53 WIB

Baru Dua Candi di Lumajang Terawat, Situs Bersejarah Lain Butuh Perhatian Serius

20 September 2025 - 15:30 WIB

Merawat Peradaban, Candi di Lumajang sebagai Jejak Identitas Nusantara

20 September 2025 - 15:24 WIB

MTQ Lumajang Bukan Sekadar Lomba, Tapi Pembinaan Sumber Daya Manusia Berbasis Al-Qur’an

13 September 2025 - 11:35 WIB

792 Pelajar SD di Banyuwangi Terindikasi Perokok Aktif

27 Agustus 2025 - 16:40 WIB

Seragam Gratis Tak Kunjung Datang, Orang Tua Siswa di Blitar Terpaksa Keluarkan Uang Hingga Rp 800 Ribu

23 Agustus 2025 - 09:54 WIB

Trending di Pendidikan